<p>Bomber B-52H membawa rudal AGM-183A/Foto: USAF</p>

Uji Penembakan Pertama Rudal Hipersonik Amerika Gagal

  • CALIFORNIA-Uji coba penembakan pertama prototipe rudal hipersonik Air-launched Rapid Response Weapon (ARRW)  AGM-183A gagal.  Angkatan Udara Amerika mengatakan ada masalah pada pembom B-52H yang membawa rudal tersebut hingga tidak meluncurkan senjatanya. Tes yang gagal dilakukan di Point Mugu Sea Test Range di Samudra Pasifik di lepas pantai California Selatan pada 5 April 2021 waktu setempat. […]

Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

CALIFORNIA-Uji coba penembakan pertama prototipe rudal hipersonik Air-launched Rapid Response Weapon (ARRW)  AGM-183A gagal.  Angkatan Udara Amerika mengatakan ada masalah pada pembom B-52H yang membawa rudal tersebut hingga tidak meluncurkan senjatanya.

Tes yang gagal dilakukan di Point Mugu Sea Test Range di Samudra Pasifik di lepas pantai California Selatan pada 5 April 2021 waktu setempat. Rencananya peluncuran ini adalah untuk memvalidasi kinerja pendorong roket rudal, serta simulasi pemisahan kendaraan pendorong luncur. Kendaraan tidak dirancang untuk benar-benar terbang dan diperkirakan akan hancur setelah dilepaskan dari badan rudal.

Menurut siaran pers resmi Angkatan Udara Amerika rudal uji tidak dapat menyelesaikan urutan peluncurannya tetapi rudal tetap aman aman di pesawat yang kembali ke Pangkalan Udara Edwards.

Angkatan Udara Amerika telah melakukan tujuh tes penerbangan sebelumnya dengan melibatkan rudal simulasi yang tidak dirancang untuk dilepaskan dari B-52H. Saat ini, Angkatan Udara  Amerika berencana untuk membeli setidaknya delapan prototipe penuh AGM-183A. Beberapa di antaranya dapat digunakan dalam kapasitas operasional terbatas tergantung pada bagaimana pengujian penerbangan di masa depan.

Brigadir Jenderal Angkatan Udara Heath Collins, Pejabat Eksekutif untuk Program Senjata Angkatan Udara Amerika mengatakan pengujian baru-baru ini memberikan informasi yang tak ternilai untuk dipelajari dan dilanjutkan.  Program ARRW juga disebut telah melampaui batas sejak awal dan mengambil risiko yang telah diperhitungkan untuk memajukan kemampuan penting ini.

Prototipe penuh AGM-183A dengan kendaraan hipersonik boost-glide di dalam hidungnya juga belum diuji. Contoh senjata operasional ini akan menggunakan pendorong roketnya untuk menerbangkan kendaraan tersebut ke kecepatan dan ketinggian yang optimal. Setelah itu, kendaraan meluncur menuju targetnya di sepanjang lintasan penerbangan atmosfer dengan kecepatan hipersonik, yang didefinisikan sebagai apa pun di atas 5 Mach.

Kendaraan boost-glide adalah teknologi untuk membuat gerakan yang lebih tidak terduga dibandingkan dengan rudal balistik tradisional, bahkan dibanding kendaraan reentry yang dapat bermanuver. Sistem ini memberi senjata hipersonik keunggulan yang berbeda untuk menembus pertahanan udara dan rudal musuh guna mencapai target yang sensitif atau target bernilai tinggi lainnya.

Kombinasi kecepatan dan kemampuan manuver juga menghadirkan tantangan baru bagi lawan ketika harus menemukan dan melacak senjata-senjata yang pada gilirannya membuatnya sangat sulit untuk bertahan melawannya dengan cara apa pun.

Angkatan Udara sebelumnya mengatakan bahwa ARRW hanya membutuhkan antara 10 dan 12 menit untuk mencapai target sejauh 1.600 km. Ini menunjukkan bahwa senjata tersebut memiliki kecepatan rata-rata yang diharapkan antara 8.000 hingga 9.000 km per jam, atau kira-kira antara 6,5 hingga 8 Mach.