KTT ASEAN.
Dunia

Ujian Relevansi ASEAN di Tengah Bayang-bayang Perpecahan Regional

  • Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa mengatakan blok tersebut harus beradaptasi dengan tantangan saat ini atau berisiko menjadi tidak relevan.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Para pemimpin Asia Tenggara akan berkumpul di Jakarta pekan ini untuk mengikuti KTT ASEAN. Pertemuan itu berlangsung di tengah keretakan dalam blok regional yang beranggotakan 10 negara tersebut. 

Hal itu terkait upaya perdamaian untuk Myanmar yang masih buntu serta persaingan antara AS-China yang semakin memanas di wilayah tersebut. Dilansir dari Reuters, Selasa 5 September 2023, ASEAN berupaya menjelaskan relevansinya ketika terdapat konflik dalam responsnya terhadap konflik di Myanmar. 

Hal itu di mana militer mengambil alih kekuasaan dalam kudeta berdarah pada tahun 2021. “Mata rakyat tertuju pada kita untuk membuktikan ASEAN masih memiliki nilai dan dapat berkontribusi terhadap perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.

Para pemimpin akan meninjau kembali rencana perdamaian ASEAN yang menyerukan penghentian konflik dan dialog inklusif untuk menyelesaikan krisis di Myanmar. Diketahui rencana perdamaian itu tak berjalan setelah dua tahun kemudian. 

Kurangnya kemajuan telah meningkatkan frustrasi dan memantik perpecahan internal dalam blok yang memprioritaskan persatuan dan tidak campur tangan dalam urusan kedaulatan anggota tersebut.

Indonesia telah berusaha melibatkan semua pihak terkait di Myanmar. Namun langkah-langkah sepihak oleh Thailand untuk melibatkan pemimpin militer yang dihindari Indonesia, telah mengurangi kredibilitas ASEAN dan menyebabkan perpecahan di antara negara-negara anggota.

Adaptasi dengan Tantangan

Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa mengatakan blok tersebut harus beradaptasi dengan tantangan saat ini atau berisiko menjadi tidak relevan. “Obituari tentang ASEAN sebenarnya telah banyak kali ditulis, tetapi entah bagaimana, setiap kali itu, ASEAN mampu untuk beregenerasi dan menegaskan relevansinya kembali. Saya merasa saat ini kita berada di salah satu momen tersebut,” katanya.

KTT ASEAN akhir tahun ini juga terjadi beberapa hari setelah China merilis peta “10 garis putus-putus,” yang mengklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan. Hal ini kemungkinan akan menambah tekanan pada negosiasi dengan China mengenai kode perilaku yang telah tertunda lama di jalur air strategis tersebut.

Negara-negara anggota ASEAN seperti Malaysia, Vietnam, dan Filipina, yang memiliki klaim yang tumpang tindih di Laut China Selatan, telah menolak peta tersebut.