m142_himars.jpg
Dunia

Ukraina Banjir Bantuan Senjata, Tetapi Belum Bisa Lakukan Serangan Balik

  • Sumbangan senjata dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa akan membutuhkan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, untuk mencapai garis depan.

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah mengumumkan bantuan senjata dan keamanan tambahan ke Ukraina senilai miliaran dolar ke Ukraina. Tetapi  bantuan yang dijanjikan tidak akan membuat Ukraina mampu melakukan serangan balik. Setidaknya hingga tahun depan.

Sumbangan rudal, kendaraan tempur, amunisi dan pertahanan udara dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa akan memakan waktu berminggu-minggu. Bahkan  berbulan-bulan untuk mencapai garis depan. Beberapa senjata baru belum dibeli atau bahkan belum dibuat. 

Menteri Luar Negeri Amerika Antony  Blinken mengatakan, jet tempur F-16 memang akan dikirim ke Ukraina musim panas ini. Namun pesawat-pesawat tersebut mungkin digunakan untuk pertahanan.

Sebagian besar janji kepada Ukraina pada KTT NATO digambarkan sebagai komitmen jangka panjang. ini  untuk membantu menjamin keamanan negara tersebut selama dekade berikutnya. Bantuan tersebut termasuk pusat koordinasi senjata dan pelatihan baru yang dikelola NATO yang berbasis di Jerman. Juga   suntikan dukungan sebesar US$43 miliar atau sekitar Rp700 triliun (kurs Rp16.200) dari negara-negara aliansi pada tahun 2025.

Seorang pejabat senior NATO mengatakan dukungan tersebut akan menempatkan Ukraina pada jalur menuju kemampuan untuk memukul mundur Rusia tahun depan. “Sementara Ukraina menunggu lebih banyak senjata Barat tiba, dan memindahkan lebih banyak pasukannya ke garis depan,” kata pejabat tersebut yang meminta anonym itu kepada the New Yorks Times, Sabtu 13 Juli 2024.

Secara terpisah seorang pejabat senior pertahanan Amerika mengatakan, Ukraina akan tetap bertahan selama enam bulan ke depan. “Namun akan  terus-menerus mengalami gejolak di medan perang,” tambahnya. 

Para pejabat dan analis Amerika mengatakan situasi di medan perang telah berubah secara signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Terutama ketika bantuan Amerika senilai sekitar US$61 miliar atau sekitar Rp980 triliun  disetujui Kongres pada bulan Mei 2024. Dengan penambahan kekuatan tersebut para pejabat Amerika yang berbicara secara anonim itu mengatakan, Ukraina telah memperlambat kemajuan teritorial Rusia di Donetsk di timur. Dan juga menghentikan serangan balasan Rusia di dekat Kharkiv di timur laut. 

Namun serangan udara Rusia baru-baru ini yang mengakibatkann sedikitnya 44 orang meninggal dan merusak rumah sakit anak  anak di Kyiv menggarisbawahi kebutuhan mendesak Ukraina akan pertahanan udara.  Sebelumnya Zelensky telah meminta 7 sistem pertahanan udara Patriot  untuk mempertahankan kota-kota di Ukraina. Tetapi upaya itu tidak sepenuhnya berhasil di pertemuan puncak NATO di Amerika.

Sebagai gantinya Ukraina akan menerima tiga baterai Patriot tambahan. Dua  dari Jerman dan Rumania, dan satu dari Amerika Serikat. Mereka juga akan mendapatkan sistem pertahanan udara  sekelas patriot yakni SAMP/T  yang dijanjikan Italia beberapa minggu lalu.

Ruben Brekelmans menteri pertahanan Belanda mengatakan sistem Patriot lainnya akan dikirimkan  , dalam bentuk potongan. Ini  untuk menggantikan bagian baterai yang rusak atau aus yang sudah ada di Ukraina. “Kami berharap dapat mengumpulkan cukup banyak komponen dari seluruh Eropa untuk mengirim Patriot lengkap,” katanya.

Bantuan Baru 

Yang pasti, beberapa sekutu menjanjikan bantuan baru. Meskipun tidak jelas kapan material tersebut akan dikirimkan. Brekelmans mengatakan Belanda akan membeli rudal senilai US$326 juta atau sekitar Rp5,2 triliun untuk jet F-16 yang akan diberikan ke Ukraina. 

Kanada mengumumkan akan menyumbang sekitar US$367 juta atau hampir Rp6 triliun  untuk militer Ukraina. Bantuan ini termasuk untuk melatih pilot. Inggris di bagian lain akan memberikan lebih banyak artileri, amunisi untuk senapan mesin, rudal anti-tank dan peralatan lainnya.

 Sementara Selandia Baru sekutu non-NATO akan menyediakan US$4 juta atau sekitar Rp64 miliar  untuk membeli dan mengembangkan drone militer untuk Ukraina. Bantuan drone ini adalah bagian dari keseluruhan paket bantuan senilai US$16 juta.

Beberapa minggu lalu Amerika Serikat juga telah mengumumkan paket bantuan militer senilai US$2,3 miliar untuk Ukraina. Atau sekitar Rp37 triliun. Paket  termasuk sekitar US$150 juta dalam bentuk pencegat pertahanan udara, artileri dan mortir, serta senjata anti-tank. Sebagian besar sisanya  yakni sekitar US$2,2 miliar  akan dihabiskan untuk pencegat Patriot dan rudal pertahanan udara lainnya yang dikirimkan dalam beberapa bulan mendatang.

Saat KTT NATO  pemerintahan Biden kembali mengumumkan paket senilai US$225 juta atau sekitar Rp3,6 triliun. Bantuan mencakup baterai Patriot baru, pencegat pertahanan udara, peluru artileri, dan amunisi lainnya. Senjata  yang akan dikirim ke Ukraina ini diambil dari stok Pentagon.

Peringatan Besar Industri Pertahanan

Selama dua tahun terakhir perang telah melemahkan persediaan senjata di negara-negara sekutu NATO. Dan menunjukkan betapa lambatnya pemerintah dan produsen komersial meningkatkan produksi senjata.

Micael Johansson kepala eksekutif Saab Group Swedia  menyebut Perang telah menjadi peringatan besar. Sebelum invasi Rusia  tahun 2022, Eropa telah mengoptimalkan kapasitas dan kemampuan mereka untuk menghadapi situasi yang memberikan manfaat perdamaian. Dan sekarang tiba-tiba semua  menginginkan segalanya dari industry prtahanan secara bersamaan. 

Namun ketika menyangkut Ukraina, para sekutu masih terpecah mengenai apakah senjata yang mereka pasok dapat digunakan untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia. Presiden Latvia Edgars Rinkevics secara tegas mengatakan Ukraina harus bisa menggunakan semua senjata tanpa batasan apa pun.

Sedangkan Menteri Pertahanan Belanda Brekelmans mengatakan, pihaknya  juga tidak membatasi Ukraina untuk menyerang sasaran militer di Rusia. Namun menggambarkan diskusi yang sedang berlangsung dalam aliansi tersebut mengenai seberapa jauh serangan dapat dilakukan melewati perbatasan. 

Belanda berjanji tahun lalu untuk memberikan F-16 kepada Ukraina dari armadanya yang sudah tua. Belgia juga menyediakan F-16. Namun  Perdana Menteri Alexander de Croo mengatakan 30 jet yang akan diberikan  hingga tahun 2028 hanya dapat digunakan di wilayah Ukraina. Belgia termasuk di antara sekutu  termasuk Amerika Serikat dan Jerman  yang menolak memberikan keleluasaan bagi Ukraina dengan melakukan serangan balik ke Rusia.

Di bagian lain sebanyak 13 negara sekutu sejauh ini telah memberikan komitmen puluhan juta dolar untuk membantu Ukraina membangun atau membeli sebanyak satu juta drone hingga tahun depan.

Menteri Pertahanan Latvia Andris Spruds yang memimpin koalisi drone mengatakan militer Ukraina sudah menggunakan drone yang diproduksi oleh industri pertahanannya untuk menyerang sasaran di Rusia. Pejabat senior NATO menyebut kilang minyak termasuk di antara target dan mengakibatkan penurunan produksi sebesar 17 persen.