artileri ukraina.jpg
Dunia

Ukraina Bisa Mengalami Kekalahan pada 2024, Berikut Gambarannya

  • Presiden Rusia Vladimir Putin tidak berniat menyerah atas serangannya terhadap Ukraina. Dia seperti pemain poker yang mempertaruhkan semua chipnya untuk menang.
Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Mantan komandan Komando Pasukan Gabungan Inggris telah memperingatkan bahwa Ukraina bisa dikalahkan oleh Rusia pada tahun 2024. Jenderal Sir Richard Barrons mengatakan bahwa ada risiko serius jika Ukraina kalah perang tahun ini.

Alasannya katanya, adalah karena Ukraina mungkin merasa tidak bisa menang. "Dan ketika sampai pada titik itu, mengapa orang-orang ingin berjuang dan mati lebih lama lagi, hanya untuk membela hal yang tidak dapat dipertahankan?"

Ukraina belum mencapai titik itu. Namun pasukannya kehabisan amunisi, personel dan pertahanan udara. Serangan balasan yang banyak digembar-gemborkan tahun lalu gagal mengusir Rusia dari wilayah yang mereka rebut. Dan kini Moskow bersiap melancarkan serangan musim panas.

Jadi seperti apa serangan itu dan apa tujuan strategisnya? “Bentuk serangan Rusia yang akan terjadi cukup jelas,” kata Jenderal Barrons dikutip BBC International Sabtu 13 April 2024.

Menurutnya Rusia menyerang di garis depan menggunakan keunggulan lima banding satu dalam hal artileri dan amunisi. Juga kelebihan personel yang diperkuat dengan penggunaan senjata-senjata baru.

Senjata itu  termasuk bom luncur FAB, sebuah "bom bodoh" era Soviet yang  dilengkapi dengan sirip, panduan GPS dan bahan peledak berkekuatan 1.500kg. Senjata ini terbukti mendatangkan malapetaka pada pertahanan Ukraina.

“Pada titik tertentu di musim panas ini,” kata Jenderal Barrons, “Kami memperkirakan akan melihat serangan besar-besaran Rusia, dengan tujuan untuk melakukan lebih dari sekedar serangan dengan keuntungan kecil untuk mencoba menerobos garis pertahanan Ukraina.

“Dan jika itu terjadi, kita akan menghadapi risiko pasukan Rusia menerobos dan kemudian mengeksploitasi wilayah Ukraina di mana angkatan bersenjata Ukraina tidak dapat menghentikan mereka.”

Titik Serangan

Tahun lalu Rusia tahu persis di mana Ukraina kemungkinan akan menyerang. Yakni  dari arah selatan Zaporizhzhia menuju Laut Azov. Mereka membuat rencana yang sesuai dan berhasil menumpulkan kemajuan Ukraina.

Sekarang situasi berada pada posisi yang berbeda ketika Rusia mengerahkan pasukannya. Moskow  membuat Kyiv terus menebak-nebak ke mana mereka akan menyerang selanjutnya.

 “Salah satu tantangan yang dihadapi Ukraina adalah bahwa Rusia dapat memilih di mana mereka akan mengerahkan pasukannya,” kata  Dr Jack Watling, peneliti senior bidang perang darat di lembaga pemikir  Royal United Services Institute (Rusi).“Ini adalah garis depan yang sangat panjang dan Ukraina harus mampu mempertahankan semuanya.”

“Militer Ukraina akan kehilangan kekuatan,” kata Dr Watling. “Pertanyaannya adalah, seberapa banyak dan pusat populasi mana yang akan terkena dampaknya?”

Kemungkinan besar Staf Umum Rusia belum tegas menentukan arah mana yang akan dijadikan upaya utama mereka. Namun kita bisa mengelompokkan berbagai pilihan mereka ke dalam tiga lokasi yang luas.

Kharkiv

“Kharkiv,” kata Dr Watling, “tentu saja rentan.”

Sebagai kota kedua terbesar di Ukraina yang terletak sangat dekat dengan perbatasan Rusia, Kharkiv adalah tujuan yang menggiurkan bagi Moskow.

Saat ini kota tersebut setiap hari dihantam dengan serangan rudal Rusia. Dan  Ukraina tidak mampu mengerahkan pertahanan udara yang cukup untuk menangkal kombinasi mematikan dari drone, rudal jelajah, dan rudal balistik yang ditujukan ke arahnya.

 “Saya pikir serangan tahun ini adalah menerobos Donbass sebagai tujuan pertamanya,” tambah Jenderal Barrons, “Dan perhatian mereka akan tertuju pada Kharkiv yang berjarak sekitar 29 km dari perbatasan Rusia, yang merupakan sebuah hadiah besar. "

Bisakah Ukraina tetap berfungsi sebagai entitas yang kuat jika Kharkiv jatuh? Bisa, kata para analis, namun hal ini akan menjadi pukulan telak bagi moral dan perekonomian negara tersebut.

Donbas

Wilayah timur Ukraina yang secara kolektif dikenal sebagai Donbas telah dilanda perang sejak tahun 2014. Ini  ketika kelompok separatis yang didukung Moskow mendeklarasikan diri mereka sebagai negara merdeka.

Pada tahun 2022 Rusia  menganeksasi dua oblast yang membentuk  provinsi Donbas. Keduanya adalah  Donetsk dan Luhansk. Di sinilah sebagian besar pertempuran di darat terjadi selama 18 bulan terakhir.

Ukraina telah mengeluarkan upaya yang sangat besar baik dari segi sumber daya manusia maupun senjata dalam upaya mempertahankan kota Bakhmut, dan kemudian Avdiivka. Mereka telah kehilangan keduanya serta beberapa pasukan tempur terbaiknya dalam upaya tersebut.

Rusia di sisi lain juga mengalami banyak korban. Namun Moskow memiliki lebih banyak pasukan untuk dikerahkan dalam pertempuran. Sementara  Ukraina tidak.

Komandan Pasukan Amerika di Eropa, Jenderal Christopher Cavoli telah memperingatkan,  kecuali Amerika mengirimkan lebih banyak senjata dan amunisi ke Ukraina, maka pasukannya akan kalah sepuluh banding satu di medan perang.

Taktik, kepemimpinan, dan perlengkapan tentara Rusia mungkin lebih rendah dibandingkan Ukraina. Namun mereka memiliki keunggulan dalam hal jumlah, terutama artileri, sehingga jika mereka tidak melakukan apa pun tahun ini, pilihan utama mereka adalah terus mendorong pasukan Ukraina kembali ke arah barat. Merebut desa demi desa.

Zaporizhzhya

Ini pun merupakan hadiah yang menggiurkan bagi Moskow. Kota di Ukraina selatan yang berpenduduk lebih dari 700.000 jiwa (sebelum perang) terletak sangat dekat dengan garis depan Rusia.

Hal ini juga menjadi duri bagi Rusia mengingat kota tersebut adalah ibu kota oblast Zaporizhia yang telah dianeksasi oleh Rusia. Namun kota tersebut masih hidup bebas di tangan Ukraina.

Hanya saja pertahanan tangguh yang dibangun Rusia di selatan Zaporizhzhia tahun lalu, dengan perkiraan yang tepat akan adanya serangan Ukraina, kini akan mempersulit kemajuan Rusia dari sana. Ini adalah rute yang disebut Jalur Surovikin. Jalur ini  terdiri dari tiga lapis pertahanan dan  dihubungkan dengan ladang ranjau terbesar dan terpadat di dunia. Rusia dapat membongkar sebagian  tetapi persiapannya mungkin akan terdeteksi.

Tujuan Strategis

Tujuan strategis Rusia tahun ini mungkin tidak bersifat teritorial. Hal ini bisa saja dilakukan untuk menghancurkan semangat juang Ukraina. Dan  meyakinkan para pendukung negara-negara Barat bahwa perang ini tidak ada gunanya.  Jack Watling yakin tujuan Rusia adalah mencoba menimbulkan rasa putus asa.

“Serangan [Rusia] ini tidak akan mengakhiri konflik secara pasti, terlepas dari apa yang terjadi pada kedua belah pihak,” katanya.

Jenderal Barrons juga skeptic. Meskipun situasi yang dihadapi Ukraina saat ini sangat buruk, Rusia akan secara otomatis memanfaatkan keunggulannya dengan kemajuan yang menentukan. “Saya pikir hasil yang paling mungkin adalah Rusia akan memperoleh keuntungan, namun tidak berhasil menerobos.

“Mereka tidak akan memiliki kekuatan yang cukup besar atau cukup baik untuk mencapai sungai [Dnipro]. Tetapi perang akan menguntungkan Rusia.”

Satu hal yang pasti, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak berniat menyerah atas serangannya terhadap Ukraina. Dia seperti pemain poker yang mempertaruhkan semua chipnya untuk menang. Ia memperkirakan negara-negara Barat gagal menyediakan sarana yang memadai bagi Ukraina untuk mempertahankan diri.

Terlepas dari semua pertemuan puncak NATO, melihat semua konferensi pers dan pidato yang muncul, ada kemungkinan dia benar.