
Ukraina Melunak, Sepakat Setor Sumber Daya Alam ke AS demi Jamin Bantuan Trump
- Dengan kesepakatan yang hampir final ini, Ukraina seolah terjebak antara dua pilihan sulit: mempertahankan kedaulatan atas sumber daya alamnya atau menyerah pada tekanan AS demi mendapatkan jaminan keamanan.
Dunia
KIEV - Ketakutan akan kehilangan dukungan dari Amerika Serikat (AS) membuat Ukraina mulai melunak dalam negosiasi terkait pengelolaan sumber daya mineralnya. Kesepakatan yang sedang dirundingkan antara Ukraina dan AS ini dinilai strategis, namun juga menuai kontroversi.
Pemerintah Ukraina, yang khawatir tidak lagi mendapat bantuan dari Presiden AS Donald Trump, akhirnya mempertimbangkan untuk memberikan akses lebih besar kepada AS atas kekayaan mineralnya.
Dilansir laman Sputnik, Rabu, 26 Februari 2024, kerangka perjanjian ini mengatur bahwa AS akan mendapatkan akses ke sumber daya mineral Ukraina dengan "persyaratan yang lebih baik." Ukraina, yang dikenal memiliki cadangan mineral strategis seperti litium, gas neon, uranium, dan mineral tanah jarang, diprediksi akan menyerahkan sebagian pendapatan dari pengelolaan sumber daya tersebut kepada AS.
Nilai cadangan mineral Ukraina diperkirakan mencapai triliunan dolar, atau sekitar 5% dari total sumber daya mineral dunia. Donald Trump, yang kini menjabat kembali sebagai presiden AS, telah mendesak Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk segera menandatangani perjanjian ini.
"Kesepakatannya sedang diselesaikan... sudah mencapai tahap akhir. (Perjanjian) ini akan mencakup mineral tanah jarang dan sumber daya lain," jelas Trump.
Pertemuan antara kedua pemimpin di Gedung Putih pekan ini diharapkan menjadi momen penandatanganan kesepakatan. Gedung Putih sendiri menegaskan bahwa perjanjian ini sangat penting bagi kepentingan Ukraina, meskipun banyak pihak meragukan klaim tersebut.
“Saya dengar Zelenskyy ingin datang ke sini untuk menandatanganinya, dan itu akan sangat baik menurut saya,” tambah Trump.
Ketakutan Ukraina: Bantuan Trump Bisa Berhenti
Salah satu alasan utama Ukraina mulai melunak adalah kekhawatiran bahwa dukungan AS, terutama dari Trump, bisa terhenti jika kesepakatan ini tidak segera disetujui. Selama ini, Ukraina sangat bergantung pada bantuan militer dan ekonomi dari AS, terutama dalam menghadapi ancaman dari Rusia. Namun, pemerintahan Trump sebelumnya dikenal lebih skeptis terhadap bantuan ke Ukraina, dan hal ini membuat Kiev was-was.
Ukraina sempat menunda penandatanganan perjanjian karena mempertanyakan jaminan keamanan yang ditawarkan AS. Mereka ingin memastikan apakah bantuan militer yang diberikan selama era Presiden Joe Biden akan tetap berlanjut atau tidak.
Namun, tekanan dari AS dan ketakutan kehilangan dukungan Trump akhirnya membuat Ukraina mempertimbangkan untuk menyerah. Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, menegaskan bahwa AS akan melindungi investasinya di sektor mineral Ukraina. Waltz menyatakan bahwa kesepakatan ini tidak hanya menguntungkan AS, tetapi juga Ukraina dan stabilitas kawasan.
Di sisi lain, banyak pengamat meragukan klaim ini, mengingat sejarah AS yang sering kali memprioritaskan kepentingan nasionalnya sendiri.
Nilai Strategis Mineral Ukraina
Ukraina merupakan salah satu negara dengan cadangan mineral strategis terbesar di dunia. Litium, yang menjadi komponen kunci dalam baterai kendaraan listrik, serta gas neon yang vital untuk industri semikonduktor, adalah beberapa contoh sumber daya yang dimiliki Ukraina.
Dengan nilai ekonomi yang sangat besar, tidak heran jika AS begitu bersemangat untuk mengamankan akses ke sumber daya tersebut. Kesepakatan ini juga menuai kritik dari dalam negeri Ukraina. Banyak pihak menilai bahwa pemerintah Zelenskyy terlalu mudah menyerahkan kekayaan alamnya hanya karena takut kehilangan dukungan AS.
Mereka mempertanyakan apakah keputusan ini benar-benar menguntungkan Ukraina dalam jangka panjang. Dengan kesepakatan yang hampir final ini, Ukraina seolah terjebak antara dua pilihan sulit: mempertahankan kedaulatan atas sumber daya alamnya atau menyerah pada tekanan AS demi mendapatkan jaminan keamanan.