ukraina di kursk.jpg
Dunia

Ukraina Mulai Kehabisan Energi di Kursk, Tapi Zelensky Tegaskan Takkan Mundur

  • Bagaimanapun Kyiv menghadapi risiko operasi di Kursk akan menjadi serangan yang melelahkan.
Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Ukraina sepertinya mulai kehabisan energy untuk terus bergerak maju di wilayah Kursk Rusia. Namun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan pasukannya tidak berencana untuk meninggalkan wilayah yang mereka kuasai. 

Satu bulan setelah serangan mendadak pada 6 Agustus 2024, Ukraina saat ini menguasai wilayah seluas sekitar 1.000 km persegi dan sekitar 100 permukiman. Pertempuran masih terjadi di beberapa titik tetapi tidak ada perubahan signifkan.  Garis pertempuran mulai stabil setelah Rusia mengerahkan pasukan tambahan di wilayah tersebut. Meski demikian Rusia juga belum bisa memukul mundur Ukraina.

Zelensky menegaskan tidak ada rencana menarik pasukannya dari Kursk. Dia juga mengakui wilayah yang dikuasai di Kursk akan menjadi alat tawar-menawar.  Dalam wawancara eksklusif dengan NBC News yang ditayangkan Rabu 4 September 2024 dia menyebut tujuan utama dari keseluruhan operasi tetap. Yakni  memulihkan integritas teritorial Ukraina. “Tujuan serangan ke Kursk telah tercapai,” katanya.

Presiden Ukraina juga mengakui banyak ditanya mengapa Ukraina memutuskan untuk menyerang ketika situasi di garis depan genting di beberapa tempat. “Serangan ke Kursk telah memaksa Rusia mengalihkan sumber daya dari garis depan. Selain itu juga memunculkan pandangan domestik yang buruk terhadap Vladimir Putin. Dan yang paling jelas adalah wilayah itu bisa jadi alat tawar-menawar,” tambahnya. 

Invasi juga disebut membantu meningkatkan moral Ukraina yang menurun. Dan membuktikan bahwa Rusia rentan di wilayahnya sendiri.  Zelensky menolak mengatakan apakah Ukraina akan mencoba merebut lebih banyak wilayah. 

Risiko Operasi

Namun, bagaimanapun Kyiv menghadapi risiko operasi di Kursk akan menjadi serangan yang melelahkan. Sementara sementara Rusia terus maju di wilayah timur Ukraina.

Hal itu menjadi salah satu kesimpulan utama dari analisis terbaru oleh dua ahli dan dituangkan dalam artikel di Foreign Affairs.  Keduanya adalah Michael Kofman dari Carnegie Endowment for International Peace, dan Rob Lee  dari Foreign Policy Research Institute.

“Jika Rusia menahan serangan dan berfokus pada pelemahan pasukan Ukraina dengan penerbangan, drone, dan hanya mengerahkan sedikit pasukan, maka langkah ini tidak akan menguntungkan Kyiv,” kata mereka.

Strategi Ukraina tampaknya belum sepenuhnya terbentuk.  Militer negara itu sedang menyusun logistik, masalah komunikasi, dan kebutuhan lain untuk mempertahankan hal penting tersebut. Mereka harus membangun serangkaian posisi yang dapat dipertahankan, dan penyangga yang lebih luas tetapi lebih dangkal di dalam Rusia.

Menurut Kofman dan Lee  serangan Kursk kemungkinan dirancang untuk mengamankan tujuan-tujuan ini. Serangan terhadap jembatan , misalnya dimaksudkan untuk semakin mengisolasi pasukan Rusia di sepanjang perbatasan.

Pada suatu titik, Kyiv harus memilih apakah akan mempertahankan apa yang dimilikinya, atau menginvestasikan lebih banyak sumber daya yang langka ke dalam operasi tersebut. Ini sebagai upaya untuk memaksa  Rusia mengerahkan kekuatan yang jauh lebih besar untuk melawannya. Yang jelas ini adalah pertaruhan besar. 

Baik Kofman dan Lee menyebut skenario terbaiknya adalah pasukan Ukraina  menahan Rusia pada perolehan yang relatif kecil di Donetsk, dan mempertahankan Kursk dengan komitmen kekuatan yang berkelanjutan.

Serangan itu juga dapat menyebabkan perubahan dalam kebijakan Barat tentang penggunaan senjata serang jarak jauh. Dan  memberikan energi yang sangat dibutuhkan ke dalam pemikiran Barat tentang jalan ke depan pada titik perang ini. 

Skenario terburuknya adalah, dalam beberapa bulan dari sekarang Ukraina akan kehilangan wilayah yang signifikan di timurnya. Dan tidak mampu mempertahankan wilayah di Kursk yang dapat digunakannya sebagai alat tawar-menawar. Semakin dalam Ukraina maju ke Rusia, semakin besar risiko perluasan wilayah yang berlebihan.

Rusia juga bertaruh. Mereka dapat sementara waktu membiarkan risiko kehilangan tanah di wilayahnya sendiri meningkat. Hal ini  untuk merebut lebih banyak tanah di Ukraina. 

Jika Rusia merebut pusat logistik utama Pokrovsk, hal itu dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar bagi Ukraina di wilayah timur. Situasi yang akan memaksa Zelensky  menilai kembali inisiatif di Kursk. Sejauh ini, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menahan kritik bahwa ratusan km persegi wilayah negaranya berada di tangan Ukraina.

Minggu-minggu mendatang akan memberi kita gambaran lebih baik tentang siapa yang memasang taruhan lebih baik.