Ukraina Setop Gas Rusia ke Eropa, Siapa yang Rugi?
- Penutupan rute gas tertua Rusia ke Eropa mengakhiri hubungan yang menegangkan selama satu dekade yang dipicu oleh pencaplokan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.
Dunia
JAKARTA- Ekspor gas alam Rusia melalui Ukraina ke beberapa negara Eropa telah dihentikan setelah Kyiv menolak memperbarui kesepakatan transit yang berakhir pada hari Rabu 1 Januari 2025. Ini menandai berakhirnya pengaturan yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Raksasa energi Rusia Gazprom mengatakan ekspor gas ke Eropa telah dihentikan mulai pukul 8 pagi waktu Moskow. “Karena penolakan berulang-ulang dan tegas dari pihak Ukraina untuk memperbarui perjanjian, kami kehilangan kemampuan teknis dan hukum untuk memasok gas untuk transit melalui wilayah Ukraina mulai 1 Januari 2025,” kata Gazprom.
Ukraina memompa gas alam Rusia melalui wilayahnya ke beberapa negara Eropa. Ini termasuk Slowakia, Moldova, dan Hongaria. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa negaranya tidak akan membiarkan Rusia meraup miliaran dolar tambahan dari darah rakyat Ukraina.
Sementara Menteri Energi Ukraina German Galushchenko dalam sebuah pernyataan mengatakan menghentikan pengiriman gas Rusia sebagai peristiwa bersejarah. “Rusia kehilangan pasarnya, dan akan menderita kerugian finansial,” katanya.
Penutupan rute gas tertua Rusia ke Eropa mengakhiri hubungan yang menegangkan selama satu dekade yang dipicu oleh pencaplokan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014. Moskow telah mengangkut gas ke Eropa melalui Ukraina sejak 1991. Meskipun dampak langsungnya ringan, dampak strategis dan simbolis bagi seluruh Eropa sangat besar. Bagi Rusia, keputusan ini telah membuat negara tersebut kehilangan pasar yang penting. Tetapi presidennya Vladimir Putin, mengatakan negara-negara Uni Eropa akan paling menderita.
- MEDC hingga SMRA Top Gainers di Pembukaan LQ45 Hari Ini
- IHSG Hari Ini Dibuka Naik 28,57 Poin ke 7.108,47
- Jumlah Saham IPO di 2024 Turun Tajam, Bagaimana Tahun Ini?
Uni Eropa meremehkan dampak hilangnya pasokan gas dari Rusia terhadap blok beranggotakan 27 negara tersebut. Mereka mengatakan telah bersiap menghadapi perubahan tersebut dan sebagian besar negara dapat mengatasinya. Menurutnya Uni Eropa mereka telah bekerja selama lebih dari setahun khususnya untuk mempersiapkan skenario tanpa transit gas Rusia melalui Ukraina
Uni Eropa telah secara signifikan mengurangi impor gas dari Rusia sejak melancarkan invasi ke Ukraina pada tahun 2022. Tetapi sejumlah negara anggota di wilayah timur masih sangat bergantung pada pasokan tersebut. Ini menjadikan Rusia masih memperoleh sekitar US$5,2 miliar per tahun.
Uni Eropa menggandakan upayanya untuk mengurangi ketergantungan pada energi Rusia setelah pecahnya konflik militer di Ukraina pada tahun 2022 dengan mencari sumber alternatif.
Hingga 1 Desember 2024, Uni Eropa menerima kurang dari 14 miliar meter kubik (bcm) gas dari Rusia melalui Ukraina. Jumlah ini turun dari 65 bcm/tahun ketika kontrak lima tahun terakhir dimulai pada tahun 2020. Komisi Eropa telah menyatakan bahwa volume tersebut dapat sepenuhnya digantikan oleh gas alam cair dan impor pipa non-Rusia.
Menurut Uni Eropa gas Rusia kurang dari 10% dari impor gas Uni Eropa pada tahun 2023. Angka tersebut mencapai 40% pada tahun 2021.
Slovakia Marah
Tetapi beberapa anggota UE termasuk Slovakia dan Austria, terus mengimpor gas dalam jumlah besar dari Rusia. Regulator energi Austria mengatakan pihaknya memperkirakan tidak aka nada gangguan karena telah mendiversifikasi sumber dan membangun cadangan.
Namun berakhirnya kesepakatan transit tersebut telah menyebabkan ketegangan serius dengan Slovakia. Negara ini sekarang menjadi titik masuk utama gas Rusia ke UE dan memperoleh biaya transit dari penyaluran gas ke Austria, Hungaria, dan Italia.
Slowakia menyatakan akan membayar lebih untuk rute alternatif. Regulator energinya mengumumkan pada awal Desember. Dan harga gas untuk konsumen akan naik pada tahun 2025.
Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico, mengatakan pada hari Rabu bahwa berakhirnya kesepakatan tersebut akan menimbulkan konsekuensi drastis bagi negara-negara Uni Eropa. Tetapi tidak bagi Rusia.
Fico yang kritis terhadap dukungan Uni Eropa terhadap Kyiv, minggu lalu melakukan perjalanan ke Moskow untuk bertemu Putin. Dia mencoba mengantisipasi penghentian aliran gas.
- Rekomendasi 7 Film Horor Indonesia Tayang Bioskop Januari 2025
- Emiten Ini Berpotensi Backdoor Listing untuk Raksasa China CNGR Group
- LK21 dan Rebahin Ilegal, Ini Platform Nonton Film dan Drama yang Aman
Fico mengatakan pemerintahnya akan mempertimbangkan tindakan timbal balik terhadap Ukraina jika menghentikan transit gas. Salah satunya menghentikan pasokan listrik ke negara itu. Dalam suratnya ke Uni Eropa dia menyebut menerima keputusan sepihak presiden Ukraina sama sekali tidak rasional dan salah. Dia juga mengecam dampak finansial yang besar di tengah periode ekonomi yang rumit.
Hal ini mendorong Zelensky menuduh Fico membantu Putin mendanai perang dan melemahkan Ukraina. Sementara Polandia telah menawarkan untuk mendukung Kyiv jika Slovakia menghentikan ekspor listriknya. Pasokan yang sangat penting bagi Ukraina, yang pembangkit listriknya sering diserang oleh Rusia.
Menteri luar negeri Polandia Radoslaw Sikorski mengatakan ada rute pasokan gas alternatif dari pasar internasional. Ini seperti terminal di Kroasia dan koneksi dari Jerman dan Polandia. Menurutnya rute-rute ini harus dieksplorasi agar Rusia tidak menghasilkan uang dari penjualan minyak dan gas ke Uni Eropa.
Polandia sendiri mengimpor gas dari AS, Qatar, dan Laut Utara. “Dan sejauh yang saya pahami semua negara Eropa memiliki rute alternatif,” katanya dikutip Al Jazeera.
Rusia masih mengekspor gas melalui jaringan pipa TurkStream di dasar Laut Hitam. Hongaria menerima sebagian besar impor gas Rusia melalui jalur ini. Akibatnya, Budapest tidak akan terlalu terpengaruh oleh keputusan Ukraina.
Situasi paling kritis terjadi di Moldova yang berbatasan dengan Ukraina dan harus berhadapan dengan separatis yang didukung Rusia di dalam negeri. Negara kecil itu telah memberlakukan keadaan darurat selama 60 hari awal bulan ini untuk mengantisipasi pemotongan yang diperkirakan dilakukan Kyiv.
Presiden Moldova Maia Sandu menuduh Kremlin sekali lagi menggunakan pemerasan energi untuk memengaruhi pemilihan parlemen 2025 dan merusak jalur negara itu menuju Eropa.
Aljazeera melaporkan keputusan Ukraina telah mengakhiri dominasi Rusia di pasar energi Uni Eropa. Rusia menggunakan dominasi itu di masa lalu untuk menimbulkan dampak yang merugikan secara ekonomi. Terutama ketika Rusia tiba-tiba meminta harga yang lebih tinggi atau mengancam akan menutup keran di tengah musim dingin.
Dan tentu penghentian ini akan memaksa Eropa membayar lebih mahal pasokan gasnya. Ini karena pasokannya dialihkan ke produk gas alam cair yang lebih mahal. Pada gilirannya, hal itu merugikan hasil ekonomi blok tersebut. Sekaligus menimbulkan kekhawatiran nyata tentang daya saing globalnya di masa mendatang.