UMKM Asia Tenggara Andalkan Modal Bisnis dari Tabungan, Keluarga dan Teman
- Sekitar 70% UMKM di Asia Tenggara memulai bisnis mereka dengan modal awal yang diperoleh dari tabungan pribadi maupun dukungan finansial dari keluarga atau teman.
Makroekonomi
JAKARTA - Platform pendanaan digital bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Asia Tenggara, Grup Modalku pada 10 Oktober 2023 merilis laporan perilaku keuangan dan pembayaran digital UKM. Dari laporan tersebut, disebutkan sekitar 70% usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Asia Tenggara memulai bisnis mereka dengan modal awal yang diperoleh dari tabungan pribadi maupun dukungan finansial dari keluarga atau teman khususnya di Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Pendanaan bagi UMKM di Asia Tenggara memiliki beberapa komponen utama. Bank tradisional masih menjadi sumber pendanaan utama dengan 23% dari total pendanaan, sementara 7% sisanya beralih ke alternatif pendanaan seperti perusahaan fintech.
Di Indonesia, mayoritas UMKM mendapatkan modal awal dari uang tabungan, dukungan keluarga, dan teman (51%), diikuti oleh bank tradisional (31%), pendanaan alternatif seperti perusahaan fintech (10%), dan investor lainnya (3%).
Untuk lebih memahami pola pikir pelaku bisnis UMKM, Grup Modalku melakukan survei pada tahun 2023 terhadap 977 UMKM di lima negara operasinya, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Responden dalam survei ini sebagian besar berasal dari usaha mikro sebanyak 74% dan pemilik usaha sebanyak 63%.
- Pamer Ekonomi di Depan Ghana, , Indonesia Harapkan Peningkatan Kerja Sama
- New Honda City Kini Hadir Lebih Stylish dan Canggih
- Orang-Orang Tetap Bekerja di Masa Pensiun Mengapa?
Meskipun ekonomi Asia Tenggara sedang mengalami pemulihan setelah dampak pandemi, tantangan makroekonomi yang baru-baru ini muncul membuat akses pendanaan tidak semudah yang diharapkan walau efeknya tidak sebesar di belahan dunia lainnya. Meskipun perusahaan pembiayaan tradisional dan digital berusaha menciptakan solusi inovatif untuk mendukung UMKM, banyaknya pilihan pendanaan tidak berarti akses pendanaan yang lebih mudah.
“Survei ini menegaskan dan memperluas pemahaman kami tentang UMKM untuk melayani mereka lebih baik, dengan mempermudah akses pendanaan yang dihadirkan dan mulai masuk ke dalam manajemen arus kas, yang akan diterapkan pada produk kami,” ujar Country Head Modalku, Arthur Adisusanto.
Banyak gunakan produk business term loan
Business Term Loan merupakan produk yang paling banyak digunakan oleh responden dimana sebanyak 49% responden menggunakan produk tersebut. Di Indonesia sendiri, produk business term loan merupakan pendanaan bisnis yang memberikan kontribusi terbesar yakni sebanyak 74%. Kemudian diikuti oleh produk account payable financing dan produk invoice financing.
Selain itu, responden di Indonesia juga mengatakan bahwa mereka menggunakan produk manajemen biaya, transaksi lintas-negara dan sisanya menggunakan fasilitas pembayaran dengan kartu.
Sebagian besar UMKM yang disurvei lebih fokus pada isu hutang daripada piutang, khususnya dalam konteks kemampuan mereka untuk membayar supplier. Lebih dari sepertiga responden mengidentifikasikan masalah utama yang mereka hadapi adalah akses terhadap pendanaan seperti pinjaman dan kartu kredit dan pemenuhan kewajiban pembayaran kepada supplier atau vendor yang tidak menyediakan opsi pembayaran yang fleksibel. Hal tersebut mencakup sejumlah perhatian seperti pemantauan dan pelaporan utang, perolehan persetujuan pembayaran, serta integrasi faktur atau invoice dengan pesanan pembelian dan tanda terima.
Ketergantungan pada bank dan transaksi lokal
Transfer bank tetap menjadi metode pembayaran yang paling umum digunakan oleh UMKM di negara-negara tempat survei dilakukan. Tercatat hampir 90% dari UMKM membayar supplier melalui transfer bank, dan 88% juga menerima pembayaran dari pelanggan menggunakan metode yang sama.
Namun, transaksi tunai juga masih memegang peranan penting, dengan 51% responden di Indonesia mengatakan bahwa mereka mengandalkan uang tunai untuk membayar supplier dan menerima pembayaran dari pelanggan.
Selain itu, responden juga menerima pembayaran dari pelanggan melalui e-wallet, cek, dan rekening virtual. Di sisi lain, untuk pembayaran kepada supplier, beberapa responden juga menggunakan cek, rekening virtual, dan sebagian kecil melalui e-wallet.
Perilaku lain dari UMKM
Dalam survei ini, ditemukan bahwa pengeluaran terbesar yang dilakukan responden adalah untuk operasional sehari-hari serta inventaris dan perlengkapan.
Di Indonesia, pengeluaran biaya operasional cukup mendominasi yakni sebanyak 40% dari pengeluaran. Sedangkan biaya terbesar selanjutnya adalah pembelian inventaris dan perlengkapan, perbaikan dan pendanaan proyek mendesak, serta gaji karyawan.
Suku bunga yang rendah menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi UMKM untuk berpindah merek atau fasilitas finansial. Tercatat 62% UMKM di Asia Tenggara cenderung berpindah merek karena ketidakpuasan mereka terhadap pengalaman yang ditawarkan. Khususnya UMKM di Indonesia, rekomendasi dari kolega menjadi faktor yang cukup mempengaruhi keputusan dalam memilih merek atau fasilitas finansial yakni sebesar 23%, dibandingkan dengan rata-rata di Asia Tenggara hanya sebesar 15%.