UNDP: Indeks Kemiskinan Multidimensi Indonesia Membaik Sebelum Pandemi
- Disebutkan UNDP bahwa indeks kemiskinan multidimensi Indonesia mengalami kemajuan signifikan sebelum pandemi meletus pada akhir 2019.
Nasional
JAKARTA -- Program Pengembangan PBB (UNDP) merilisatau Multidimensional Poverty Index (MPI) global pada hari ini, Jumat, 8 Oktober 2021. Disebutkan MPI Indonesia mengalami kemajuan signifikan sebelum pandemi meletus pada akhir 2019.
Menurut survei yang dilakukan bersama dengan Oxford Poverty and Human Development Initiative, sekitar 3,6% dari total penduduk Indonesia atau sebanyak 9,5 juta orang miskin secara multidimensi pada tahun 2017.
Jumlah ini menurun setengah dari PMI Indonesia tahun 2012 yang mencapai sekitar 6,9% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 17 juta orang.
Sementara itu, 4,7% selebihnya atau sekitar 12,8 juta orang disebut rentan terhadap kemiskinan multidimensi, menurut data tahun 2017.
Adapun indeks kemiskinan ini tidak hanya mencakup penghasilan tetapi juga meliputi akses ke air bersih, pendidikan, listrik, makanan dan enam indikator lainnya.
- Moody’s Ubah Prospek Anak Usaha PGAS, Saka Energi dari Negatif jadi Stabil
- Indika Energy (INDY) Lego Saham Mitrabahtera (MBSS) dengan Harga Premium?
- Setelah IPO Akhir Tahun, Mitratel akan Ekspansi ke Kawasan ASEAN dan Pasifik
Kepala Perwakilan UNDP Indonesia Norimasa Shimomura mengatakan, MPI menganalisis 10 indikator dalam berbagai dimensi dengan bobot yang sama, termasuk kesehatan, pendidikan dan standar hidup, serta membantu mengidentifikasi populasi miskin serta penyebab kemiskinan.
Dimensi kesehatan dan pendidikan berasal dari dua indikator sedangkan taraf hidup berdasarkan pada enam indikator.
"Dalam kasus Indonesia, MPI menggunakan sembilan dari 10 indikator, namun tanpa informasi tentang gizi karena kurangnya data yang tersedia," katanya di Jakarta.
Nilai MPI yang merupakan proporsi penduduk miskin secara multidimensi yang disesuaikan dengan intensitas kemiskinan adalah sebesar 0,014, menunjukkan perbaikan dibandingkan data terakhir pada tahun 2012 sebesar 0,028.
"Indeks Kemiskinan Multidimensi memberikan perspektif tentang kemiskinan yang tidak hanya mencakup pendapatan. Meskipun laporan ini menunjukkan beberapa kemajuan di antara kelompok-kelompok paling rentan di Indonesia sebelum pandemi, lebih dari satu juta orang berpotensi jatuh ke dalam kemiskinan. Oleh karena itu, kita harus meningkatkan upaya untuk menyiapkan lebih banyak sumber daya untuk memberdayakan masyarakat rentan yang terjerumus ke dalam kemiskinan," katanya.
Kemiskinan Memburuk karena Pandemi
Meskipun MPI terbaru menyajikan temuan yang menggembirakan, studi yang dilakukan oleh UNDP Indonesia di puncak pandemi pada tahun 2020 memberikan gambaran yang lebih suram.
Survei Rumah Tangga yang dilakukan oleh UNDP bekerja sama dengan UNICEF, Kemitraan Australia Indonesia untuk Pembangunan Ekonomi (Prospera), dan lembaga Penelitian SMERU mencatat bahwa dampak COVID-19 telah menyebabkan kemunduran yang signifikan terhadap upaya pengentasan kemiskinan.
Menurut penelitian, penurunan pendapatan dan peningkatan pengeluaran telah membuat rumah tangga yang disurvei, yang berada di kelompok 40 persen terbawah dalam masyarakat, menjadi lebih miskin dan bahkan lebih rentan.
Indikator dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pandemi telah menyebabkan kemunduran berbagai pencapaian pengentasan kemiskinan di Indonesia.
Tingkat kemiskinan secara keseluruhan mencapai angka dua digit yaitu 10,19% per Agustus 2020. Angka itu sedikit membaik menjadi 10,14% pada Maret tahun ini.
Adapun rasio gini Indonesia turun dari 0,402 pada tahun 2015 menjadi 0,380 pada tahun 2019, namun angka tersebut meningkat pada tahun 2020 menjadi 0,385. Kemudian sedikit menurun pada Maret 2021 menjadi di 0,384.
"Temuan ini lebih lanjut ditegaskan dalam laporan Voluntary National Review 2020 yang diterbitkan oleh Kementerian PPN/Bappenas yang menyatakan bahwa pandemi semakin memperparah ketimpangan," terang Norimasa.
Dia menerangkan, laporan MPI terbaru ini juga mengeksplorasi bagaimana pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung telah mempengaruhi tiga indikator pembangunan utama yang meliputi perlindungan sosial, mata pencaharian dan kemampuan untuk bersekolah, dalam kaitannya dengan kemiskinan multidimensi.
Meskipun data lengkap tentang dampak pandemi terhadap MPI belum tersedia, data tersebut telah mengungkap kekurangan dalam sistem perlindungan sosial, pendidikan, dan kerentanan pekerja di seluruh dunia.
"Laporan tersebut menunjukkan bahwa kekurangan ini terutama terjadi di negara-negara dengan tingkat MPI yang lebih tinggi," kata Norimasa.*