
Ungguli SBN, Yield Obligasi Korporasi Tumbuh Agresif 4,84 Persen Sepanjang Semester I-2021
Imbal hasil atau yield obligasi korporasi berhasil menyalip obligasi negara pada semester I-2021. Menurut data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), terdapat selisih yang cukup jauh antara dua instrumen surat utang tersebut
Pasar Modal
JAKARTA – Imbal hasil atau yield obligasi korporasi berhasil menyalip obligasi negara pada semester I-2021. Menurut data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), terdapat selisih yang cukup jauh antara dua instrumen surat utang tersebut
Yield obligasi berhasil tumbuh 4,84% pada semester I-2021. Capaian itu jauh mengungguli obligasi negara yang hanya merayap 0,96% saja selama enam bulan pertama tahun ini.
Optimistis investor terhadap kondisi perekonomian negara ekonomi kuat dinilai menjadi penyebab melemahnya obligasi negara. Hal itu itu bermula dari Surat Berharga Negara (SBN) yang tertekan yield obligasi Amerika Serikat (AS).
- Modernland Realty Raup Marketing Sales Rp341 Miliar pada Kuartal I-2021
- Waskita Karya Raih Kontrak Pembangunan Jalan Perbatasan RI-Malaysia Rp225 Miliar
- Pengelola Hypermart (MPPA) Berpotensi Meraih Rp670,85 Miliar Lewat Private Placement
Kondisi itu kemudian diperparah dengan rebound ekonomi China pada kuartal I-2021 sebesar 18,3% year on year (yoy). Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Ahmad Nasrudin menyebut sejumlah variabel tersebut membuat obligasi negara tertekan pada semester I-2021.
“Kenaikannya cukup drastis (yield obligasi AS 10 tahun), otomatis ini mempengaruhi pasar obligasi, terutama obligasi negara. Rebound China juga sedikit banyak menarik investasi di emerging market,” ungkap Ahmad dalam diskusi virtual, Kamis, 1 Juli 2021.
Pada perdagangan Rabu, 1 Juli 2021, yield SBN tenor 10 tahun yang menjadi acuan pemerintah seri FR0087 tercatat mengalami kenaikan tipis 2 basis poin (bps) ke level 6,63%. Nilai SBN tenor 10 tahun itu kemudian turun lagi ke posisi 6,56% pada perdagangan Kamis, 1 Juli 2021.
Pada lelang SBN terakhir, 22 Juni 2021, pemerintah tercatat menyerap dana Rp30 triliun. Realisasi itu di bawah target maksimal yang dipatok pemerintah, yakni sebesar Rp45 triliun. (RCS)