<p>PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan Gojek bekerja sama lewat GoToko / Play.google.com</p>

Unilever-Gojek Kerja Sama Lewat Platform B2B GoToko, Genjot UMKM Toko Kelontong

  • GoToko merupakan sebuah platform digital B2B (business-to-business) yang menghubungkan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia dengan perusahaan barang konsumen terkemuka.

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Emiten consumer goods PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) melakukan kolaborasi dengan perusahaan ride-hailing PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek Indonesia). Kerja sama ini dibuktikan melalui platform baru milik Gojek, yakni GoToko.

GoToko merupakan sebuah platform digital B2B (business-to-business) yang menghubungkan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia dengan perusahaan barang konsumen terkemuka.

Presiden Direktur Unilever Indonesia Hemant Bakshi mengatakan, dalam situasi yang berubah dengan cepat seperti sekarang ini, prioritas perseroan tetap sama yaitu terus memenuhi kebutuhan harian konsumen.

“Teknologi dan keahlian Gojek akan membantu kami dalam mengoptimalkan program-program kami. Termasuk kampanye pemasaran dan promosi agar lebih efektif menjangkau audiens yang tepat,” ujarnya melalui keterangan pers, Selasa 29 September 2020.

Hemant berpendapat, di tengah keadaan yang tak menentu, pihaknya yakin dengan adanya kerja sama ini dapat memberikan manfaat yang lebih bagi masyarakat Indonesia. Terlebih untuk para pelaku UMKM yang saat ini sedang mengalami kondisi krisis di tengah pandemi COVID-19.

“Kami sangat berharap bahwa nilai-nilai yang tercipta dari kerja sama ini dapat membantu UMKM di Indonesia. Untuk tidak hanya bertahan, tetapi berkembang seraya kita melewati krisis ini,” imbuhnya.

Co-CEO Gojek Group Andre Soelistyo mengatakan bahwa dengan GoToko, pihaknya berupaya menjangkau para peritel tradisional seperti warung kelontong di Indonesia. Ia meyakini inisiatif ini dapat bermanfaat bagi berbagai segmen masyarakat di Indonesia.

Fokus utama kolaborasi ini adalah menjawab kebutuhan sekitar 2,5 juta pengecer di Indonesia. Mereka terdiri dari pemilik warung kelontong dalam kategori underserved.

Mereka saat ini mengalami keterbatasan ragam produk yang ditawarkan dan harga produk yang tidak kompetitif. Pelaku UMKM ini juga memiliki keterbatasan minimnya dukungan promosi dari produsen, serta kurangnya layanan pengiriman yang andal. (SKO)