<p>Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati / Dok. Kementerian Keuangan</p>
Industri

Untuk Lepas dari Middle Income Trap, RI Butuh Ekonomi Tumbuh 8 Persen

  • JAKARTA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyatakan perekonomian Indonesia butuh tumbuh secara berkelanjutan di kisaran 8% untuk bisa lepas dari jeratan negara berpendapatan menengah. Ia memaparkan, ada banyak negara yang berpuluh tahun terjebak dalam ‘jeratan’ negara berpenghasilan menengah. Sebabnya, untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi, ada banyak persyaratan yang tidak mudah. “Itulah mengapa disebut ‘jeratan’, […]

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyatakan perekonomian Indonesia butuh tumbuh secara berkelanjutan di kisaran 8% untuk bisa lepas dari jeratan negara berpendapatan menengah.

Ia memaparkan, ada banyak negara yang berpuluh tahun terjebak dalam ‘jeratan’ negara berpenghasilan menengah. Sebabnya, untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi, ada banyak persyaratan yang tidak mudah.

“Itulah mengapa disebut ‘jeratan’, karena banyak negara yang sudah masuk ke kelompok menengah tetapi sulit untuk naik kelas,” kata Sri Mulyani dalam acara virtual dari Universitas Indonesia, Jumat, 27 November 2020.

Meskipun tidak mudah, Indonesia sudah lama bercita-cita untuk menjadi negara maju pada 2045. Pada tahun itu, Indonesia diproyeksi memiliki 318 juta penduduk yang 65% di antaranya adalah usia produktif.

Selain itu, 73% penduduk tinggal di wilayah perkotaan dan 70% masyarakat tergolong dalam perekonomian kelas menengah.

Dengan potensi demografi yang luas biasa, produk domestik bruto (PDB) nasional ditaksir menjadi lima terbesar di dunia. Ditambah lagi dengan pendapatan per kapita nasional bisa mencapai US423,199.

“Perekonomian saat itu juga akan beralih pada sektor-sektor yang produktif, utamanya pada sektor jasa,” tambah dia.

Akan tetapi, Sri Mulyani mengungkapkan jalan menuju negara maju tidaklah mudah. Sejumlah persyaratan mutlak negara maju antara lain kesiapan infrastruktur yang merata, kualitas dan daya saing sumber daya manusia yang bertaraf global.

Kemudian, kesiapan teknologi dan riset dalam negeri, perencanaan wilayah yang berkelanjutan, serta stabilitas ekonomi, keuangan, politik, dan hukum.

Belajar dari Singapura, Negeri SInga ini mampu keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah hanya dalam delapan tahun sejak 1971 sampai 1979. Pada periode tersebut, Singapura mampu menjaga pertumbuhan ekonomi di angka 8% hingga 1990.

“Singapura hanya sedikit dari negara yang berhasil. Maka, tantangan kita ke depan tidaklah mudah, tetapi harus dimulai dari saat ini juga,” tegasnya.