Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di perairan Banten. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Finansial

UOB Group Berkomitmen untuk Terus Pangkas Kredit Batu Bara hingga 2039

  • UOB meyakini dukungan terhadap batu bara secara bertahap akan menurun nantinya seiring dengan semangat berkelanjutan yang saat ini tengah menjadi tren tidak hanya di skala domestik, tapi juga di level global.

Finansial

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA  - United Overseas Bank (UOB) Group berkomitmen untuk terus memangkas penyaluran kredit batu bara hingga tahun 2039 dalam rangka mendukung implementasi ekonomi berkelanjutan di tingkat global.

Wholesale Banking Director PT Bank UOB Indonesia Harapman Kasan mengatakan, upaya yang diinisiasi oleh grupnya itu sejalan dengan komitmen pemerintah dalam negeri untuk mencapai net zero emission di tahun 2060.

Terkait dengan penyaluran kredit batu bara untuk saat ini, Harapman mengatakan bahwa pihaknya sebatas menjaga diversifikasi produk kredit untuk kebutuhan sektor yang bersangkutan.

"Untuk batu bara ini kita hanya me-mantain apa yang ada, dan tentunya kita menggiring nasabah kita itu untuk diversifikasi kepada energi baru terbarukan (EBT)," ungkap Harapman seusai acara peluncuran fitur Financial Supply Chain Management (FSCM) UOB Infinity di UOB Plaza, Jakarta, Senin, 25 September 2023.

Harapman pun menyampaikan bahwa pihaknya meyakini dukungan terhadap batu bara secara bertahap akan menurun nantinya seiring dengan semangat berkelanjutan yang saat ini tengah menjadi tren tidak hanya di skala domestik, tapi juga di level global.

Bahkan, pembiayaan hijau pun dikatakannya akan menjadi salah satu pilar pertumbuhan utama bagi bisnis UOB Indonesia di masa depan.

Walaupun tidak menyebutkan angka secara persis, Harapman mengatakan bahwa pertumbuhan penyaluran pembiayaan hijau di UOB Group sendiri telah mencapai dua digit.

"Di Indonesia sendiri (tren pembiayaan hijau) masih baru, tapi saya lihat Indonesia juga kesempatannya cukup besar karena pembiayaan hijau itu akan jadi salah satu pilar pertumbuhan kita ke depannya," kata Harapman.

Ditinjau dari target rasio pembiayaan hijau terhadap keseluruhan kredit, UOB sendiri belum bisa menyampaikan angka secara spesifik.

Akan tetapi, Harapman memproyeksikan pertumbuhannya akan lebih besar daripada pertumbuhan kredit konvensional seiring dengan berjalannya waktu.

"Saya rasa ini pertumbuhannya akan jadi lebih besar daripada pertumbuhan kredit yang normal. Kalau pertumbuhan kredit konvensional itu katakanlah ada di 5%, harusnya yang sustainable financing itu akan di atas itu kira-kira," tegas Harapman.