
Usai Ambruk Terseret Trio Saham Grup Barito, Gerak IHSG Masih Terbatas
- Pelemahan IHSG pada Jumat lalu didominasi oleh koreksi saham-saham yang tidak berhasil masuk ke dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) yaitu BREN, PTRO, dan CUAN
Bursa Saham
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin, 10 Februari 2025 diprediksi masih rentan terhadap koreksi.
Phintraco Sekuritas menyebutkan bahwa level support kritis IHSG terdekat berada di 6.700, dengan support berikutnya di rentang 6.550-6.600. IHSG sebenarnya sudah membentuk long lower-shadow pada Jumat, 7 Februari 2025, yang mengindikasikan potensi technical rebound.
Namun, sentimen negatif dari faktor eksternal masih menekan IHSG. Pada penutupan akhir pekan lalu, IHSG anjlok 132,9 poin (1,9%) ke level 6.742,5, melanjutkan pelemahan tiga hari berturut-turut dan menyentuh level terendah dalam tujuh bulan terakhir, atau sejak Juni 2024. Ada 417 saham yang turun, 191 saham yang naik dan 188 saham lainnya yang stagnan.
- 10 Negara dengan Tingkat Work Life Balance Tertinggi
- Pertanyaan Penting yang Bisa Diajukan ke HRD Saat Interview Kerja
- Prakiraan Cuaca Besok dan Hari Ini 10 Februari 2025 untuk Wilayah DKI Jakarta
“Tekanan itu berpotensi berlanjut, terutama pada awal pekan. Saham-saham bank besar yang menopang IHSG dikhawatirkan akan mengalami aksi jual pada awal pekan,” tulis Phintraco Sekuritas dikutip pada Senin, 10 Februari 2025.
Asal tahu saja, pelemahan IHSG pada Jumat lalu didominasi oleh koreksi saham-saham yang tidak berhasil masuk ke dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI). Saat itu, MSCI mengumumkan tiga saham milik konglomerat Prajogo Pangestu tidak akan dimasukkan ke dalam MSCI Indonesia Investable Market Index pada review indeks Februari 2025.
Ketiga saham tersebut adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), dan PT Petrosea Tbk (PTRO). Pengumuman tersebut menyusul setelah dilakukan analisis dan masukan terkait potensi kendala investability. Adapun pengumuman review indeks MSCI Februari 2025 dijadwalkan pada 11 Februari 2025.
Menanggapi isu ini, Direktur Utama BREN, Hendra Tan, mengatakan bahwa keputusan MSCI tersebut sepenuhnya menjadi wewenang penyedia indeks dan berada di luar kendali perseroan. “Fokus BREN tetap pada memberikan pertumbuhan yang berkelanjutan,” tulis Hendra dalam riset Stockbit, dikutip Senin 10 Februari 2025.
Sebelumnya, BREN pernah dikeluarkan dari indeks FTSE Global Equity Series – Large Cap oleh FTSE Russell pada 19 September 2024. Keluarnya BREN dari indeks FTSE hanya berselang satu bulan setelah pengumuman inklusinya ke indeks tersebut.
Disebutkan, alasannya karena terganjal aturan free float seiring konsentrasi pemegang saham yang tinggi, di mana 97% total saham yang diterbitkan hanya dimiliki oleh 4 pemegang saham. Harga saham BREN kemudian turun -34% dari level 11.025 rupiah per lembar pada 19 September 2024 menjadi ke level 7.225 rupiah per lembar pada 22 September 2024.
Meski demikian, BREN telah memberikan klarifikasi kepada BEI pada 22 September 2024 bahwa jumlah saham yang memenuhi persyaratan free float berdasarkan ketentuan BEI adalah sebesar 15,6 miliar saham atau setara 11,66% dari jumlah saham beredar per 19 September 2024. Jumlah tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan porsi free float berdasarkan prospektus IPO sebesar 11,73%.
Menyusul pengumuman MSCI pada hari ini, Jumat (7/2), ketiga saham tersebut ditutup melemah. Saham PTRO mencatatkan penurunan harga 24,61% atau 940 poin, hingga ke level Rp2.880 pada perdagangan pekan lalu. Kemudian harga saham BREN turun 19,94% atau 1.750 poin ke level Rp7.025, serta saham CUAN turun 19,96% atau 2.825 poin ke level Rp11.325 per lembar.