<p>Erupsi Gunung Anak Krakatau. / Pixabay</p>
Nasional

Usai Meletus, Anak Krakatau Terdeteksi Kalem

  • Jakarta-Setelah meletus pada Jumat 10 April 2020 malam, Anak Krakatao terdeteksi kalem dan tidak ada peningkatan ancaman dari Gunung yang terletak di Selat Sunda tersebut. Keterangan yang dirilis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sabtu 11 April 2020 menyebutkan berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental serta potensi bahaya  tingkat aktivitas vulkanik Anak Krakatau masih […]

Nasional
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

Jakarta-Setelah meletus pada Jumat 10 April 2020 malam, Anak Krakatao terdeteksi kalem dan tidak ada peningkatan ancaman dari Gunung yang terletak di Selat Sunda tersebut.

Keterangan yang dirilis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sabtu 11 April 2020 menyebutkan berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental serta potensi bahaya  tingkat aktivitas vulkanik Anak Krakatau masih tetap pada Level II atau Waspada.

Pada tanggal 10 April 2020, terjadi dua kali erupsi, menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu tebal setinggi kl. 500 m dari atas puncak, diikuti dengan erupsi menerus tipe strombolian. Tidak terdengar suara gemuruh atau dentuman akibat erupsi.

Menjelang dan selama erupsi, gempa-gempa Vulkanik masih terekam dengan jumlah yang belum signifikan, menunjukkan masih terjadinya suplai magma ke kedalaman yang lebih dangkal.

Pasca penurunan tingkat aktivitas Anak Krakatau dari Siaga menjadi Waspada  pada 25 Maret 2019, aktivitas vulkanik Anak Krakatau memang masih berfluktuasi. Selama Januari hingga Maret 2020 aktivitas erupsi masih terjadi meski tidak secara terus menerus.

Sebelum terjadi letusan, pengamatan deformasi dengan tiltmeter berfluktuasi dan menunjukkan gejala kenaikkan yang tidak signifikan sejak 5 April 2020 hingga kejadian erupsi pada 10 April 2020. Letusan yang terjadi dua kali tersebut  diduga akibat energi yang relatif tidak terlalu besar.

Selama Januari 2020 terjadi empat kali erupsi pada tanggal 1,7 dan 15 yang menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu dengan tinggi maksimum 500 m dari atas puncak. Pada 6 hingga 11 Februari 2020 terjadi rangkaian erupsi menghasilka

n kolom erupsi berwarna putih kelabu tebal dengan ketinggian maksimum 1000 m dari atas puncak.

Selama Maret 2020 erupsi terjadi dua kali erupsi pada tanggal 18 Maret 2020, menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu setinggi 300 m.

Potensi Bahaya

Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material lava, aliran lava dan hujan abu lebat di sekitar kawah dalam radius 2 km dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat terpapar di area yang lebih jauh bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Aktivitas vulkanik berupa erupsi tipe Strombolian saat ini, lontaran material pijar hanya tersebar di sekitar kawah (masih dalam batas kawasan rawan bencana yang direkomendasikan). Erupsi menerus berpotensi terjadi, namun tidak terdeteksi adanya gejala vulkanik yang menuju kepada intensitas erupsi lebih besar.

PVMBG tetap merekomendasikan masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 2 Km dari puncak Anak Krakatau atau di sekitar kepulauan Anak Krakatau. Sedanakgn area wisata Pantai Carita, Anyer, Pandeglang dan sekitarnya, serta wilaya Lampung Selatan masih aman dari ancaman bahaya aktivitas gunung.