Utang Bank Kalbe Farma Melonjak 149%, Laba Naik Tipis
Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) mencatat lonjakan utang bank jangka panjang hingga 149% menjadi Rp647,64 miliar pada 2019 dari sebelumnya Rp259,83 miliar.
Industri
Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) mencatat lonjakan utang bank jangka panjang hingga 149% menjadi Rp647,64 miliar pada 2019 dari sebelumnya Rp259,83 miliar.
Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma Lukito Gozali menjelaskan terjadi kenaikan total liabilitas perseroan per 31 Desember 2019 hingga 24,8% sebesar Rp707,53 miliar.
Liabilitas perseroan per akhir Desember 2019 mencapai Rp3,55 triliun. Angka liabilitas perseroan itu naik dari Rp2,85 triliun per 31 Desember 2019.
“Kenaikan total liabilitas perseroan disebabkan oleh kenaikan utang bank jangka panjang untuk menunjang kegiatan operasional serta adanya kenaikan beban akrual dari biaya penjualan,” kata dia dalam surat penjelasan kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Keterbukaan Informasi, Jumat, 3 April 2020.
Menurut pendapat manajemen emiten bersandi saham KLBF tersebut, efek perubahan liabilitas tidak material dan tidak berdampak pada penurunan kinerja perseroan.
Total liabilitas jangka pendek KLBF naik 12,66% menjadi Rp2,58 triliun dan jangka panjang melonjak 73,68% menjadi Rp982,04 miliar.
Saat yang sama, total aset perseroan mencapai Rp20,26 triliun, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp18,15 triliun. Rinciannya, aset lancar yang dimiliki naik 5,35% hingga Rp11,22 triliun dan aset tidak lancar naik 20,53% menjadi Rp9,04 triliun.
Laba Bersih
Sepanjang tahun 2019, manajemen Kalbe Farma membidik target pertumbuhan bisnis 6%-8%. Pada periode itu, KLBF mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp1,2 triliun-Rp1,5 triliun.
Realisasinya, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk naik tipis 1,99% menjadi Rp2,5 triliun pada periode 2019. Jumlah tersebut hanya sedikit terungkit dari tahun sebelumnya Rp2,45 triliun.
Perolehan laba bersih itu terjadi setelah pendapatan perseroan naik 7,4% menjadi Rp22,63 triliun pada 2019 dari tahun sebelumnya Rp21,07 triliun.
Sementara itu, laba kotor naik menjadi Rp10,24 triliun dari laba bruto Rp9,85 triliun tahun sebelumnya. Sedangkan laba sebelum beban pajak penghasilan diraih Rp3,4 triliun naik dari tahun sebelumnya Rp3,31 triliun.
Pertumbuhan penjualan sepanjang tahun 2019 didukung oleh divisi obat resep yang membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 7,1% menjadi Rp5,16 triliun, serta menyumbang 22,8% dari total penjualan bersih.
Divisi produk kesehatan meraih penurunan penjualan sebesar 2,8% menjadi Rp3,4 triliun dengan kontribusi sebesar 15,3% terhadap total penjualan bersih. Penurunan penjualan divisi obat bebas disebabkan oleh menurunnya jumlah penjual ritel sehubungan dengan pelaksanaan regulasi distribusi produk obat bebas berdot biru.
Kemudian, penjualan bersih divisi nutrisi tercatat sebesar Rp6,6 triliun pada 2019, tumbuh 5,0% dari pencapaian di tahun sebelumnya dan menyumbang 29,3% dari total penjualan bersih Kalbe. Sedangkan, divisi distribusi & logistik meraih peningkatan penjualan bersih sebesar 15,7% dari Rp6,3 triliun menjadi Rp7,3 triliun, serta menyumbang 32,6% terhadap total penjualan bersih perseroan.
Pertumbuhan penjualan divisi distribusi dan logistik yang lebih tinggi dibandingkan dengan divisi lainnya menghasilkan rasio laba kotor yang lebih rendah yaitu menjadi 45,3% dibandingkan tahun sebelumnya 46,7%. (SKO)