Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) bersama Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki (kanan) mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 30 Agustus 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Industri

Utang Krakatau Steel Tembus Rp28,5 Triliun, Erick Thohir Endus Indikasi Korupsi

  • Utang Krakatau Steel dipakai untuk membiayai proyek pembangunan pabrik blast furnace yang kini mangkrak.

Industri

Daniel Deha

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mencium adanya praktik korupsi dalam tubuh emiten baja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS).

Dugaan ini muncul terkait utang Krakatau Steel yang sudah menumpuk hingga US$2 miliar setara Rp28,51 triliun. Utang ini dipakai untuk membiayai proyek pembangunan pabrik blast furnace atau tanur tiup KRAS.

"Kita bisa lihat Krakatau Steel, dia itu punya utang US$2 miliar. Salah satunya investasi US$850 juta kepada proyek blast furnance yang hari ini mangkrak," kata Erick dalam acara Talk Show "Bangkit Bareng" secara virtual, Selasa, 21 September 2021.

Erick mengatakan pihaknya akan mengejar pelaku korupsi dalam proyek tersebut karena diduga telah merugikan negara.

"Ya, ini kan hal-hal yang tidak bagus. Pasti ada indikasi korupsi dan kita akan kejar siapapun yang merugikan. Karena ini kembali, bukannya kita ingin menyalahkan tetapi penegakan hukum kepada tadi, bisnis proses yang salah harus kita perbaiki," ujarnya.

Pada Januari tahun lalu, Krakatau Steel telah menuntaskan proses restrukturisasi utang senilai US$2,2 miliar di Kementerian BUMN.

Kesepakatan restukturisasi itu telah selesai ditandatangani oleh keseluruhan kreditur pada 12 Januari 2020.

Disebutkan, dengan adanya restrukturisasi tersebut, perusahaan mampu melakukan penghematan biaya pembayaran utang senilai US$685 juta dalam sembilan tahun.

Hal itu karena dalam sembilan tahun ke depan beban bunga utang perusahaan turun dari US$847 juta menjadi US$466 juta.

"Restrukturiassi, alhamdulillah sudah berjalan dengan baik," ujar Erick.

Erick menekankan bahwa dalam menjalankan bisnis, perusahaan BUMN dituntut untuk melakukan proses bisnis yang baik dan benar.

"Yang paling penting adalah bisnis proses yang baik bukan projecting. Kita nggak mau karena penugasan banyak proyek mangkrak dan terjadi korupsi karena tanpa bisnis proses yang baik," tegas Erick.

Hingga Agustus 2021, Krakatau Steel telah berbalik untung dengan meraih laba sebesar Rp800 miliar, meningkat tajam dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp67 miliar.

"Akhirnya, yang tadinya delapan tahun rugi terus menerus sekarang untuk Rp800 miliar," ungkap Erick.

Erick mengungkapkan, untuk melancarkan proses pembiayaan terhadap utang perusahaan, Krakatau Steel telah didorong agar segera melantai di Bursa dengan melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) pada anak perusahaannya.

"Kita membuat subholding untuk kawasan industri yang ada di Krakatau Steel supaya integrated untuk airnya, listriknya, lahannya, dan lain-lain, dikelola secara profesional. Kita akan go public-an supaya ada funding baru menyicil utang yang 2 miliar tadi," katanya.