Ilustrasi utang.
Makroekonomi

Utang Luar Negeri Capai Rp6.419 T, Cicilan Diklaim Masih Aman

  • Secara keseluruhan, Bank Indonesia mengklaim struktur ULN Indonesia tetap dalam kondisi sehat, dengan rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 29,9%.

Makroekonomi

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA – Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tercatat mengalami peningkatan  pada triwulan II-2024, nilainya tercatat tumbuh sebesar 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan I 2024 yang presentasenya mengalami kenaikan  0,2%. 

Di periode ini total posisi utang indonesia mencapai US$408,6 miliar atau sekitar Rp6.419 triliun (kurs Rp15.710.). Diketahui sektor publik dan swasta mendominasi porsi kenaikan utang ini, di sektor publik, ULN pemerintah tercatat sebesar US$191 miliar atau sekitar Rp3000 triliun , mengalami kontraksi sebesar 0,8% (yoy). 

Kontraksi ini melanjutkan tren yang sudah terlihat sejak triwulan sebelumnya. Tren ini terjadi salah satunya disebabkan oleh berkurangnya kepemilikan investor nonresiden dalam Surat Berharga Negara (SBN) domestik.

Meskipun mengalami kontraksi, ULN pemerintah tetap dimanfaatkan untuk mendukung berbagai sektor produktif dan belanja prioritas. Beberapa sektor utama yang mendapat pembiayaan dari ULN pemerintah antara lain jasa kesehatan dan sosial (20,9%), administrasi pemerintah dan jaminan sosial (18,8%), jasa pendidikan (16,8%), konstruksi (13,6%), serta jasa keuangan dan asuransi (9,5%). 

Menurut Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono, sebagian besar ULN pemerintah memiliki jangka waktu yang panjang, dengan proporsi mencapai 99,99%.

Pertumbuhan ULN Swasta  

Sementara itu, ULN sektor swasta juga mengalami peningkatan, dengan posisi nilai saat ini mencapai US$196,5 miliar atau sekitar Rp, tumbuh 0,3% (yoy) setelah sebelumnya mengalami kontraksi. Pertumbuhan terjadi didorong oleh peningkatan ULN pada perusahaan nonkeuangan.

ULN sektor swasta banyak dimanfaatkan oleh beberapa sektor utama, termasuk industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan, dengan total pangsa mencapai 79,1%. 

Sebagian besar ULN sektor swasta juga didominasi oleh utang jangka panjang, yang mencapai proporsi 76,7%.

Struktur ULN Indonesia Tetap Sehat

Secara keseluruhan, Bank Indonesia mengklaim struktur ULN Indonesia tetap dalam kondisi sehat, dengan rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 29,9%. Dominasi utang jangka panjang yang mencapai 85,7% dari total ULN menegaskan posisi Indonesia yang masih menjaga keberlanjutan pengelolaan utang luar negeri dengan baik.

"Pemerintah berkomitmen tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara pruden, terukur, oportunistik dan fleksibel untuk mendapatkan pembiayaan yang paling efisien dan optimal," 

Kemampuan Bayar Hutang

Cadangan devisa Indonesia pada bulan Juli 2024 mencapai US$145,4 miliar, atau sekitar Rp2.284 triliun. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar US$5,2 miliar atau sekitar Rp81.6 triliun dibandingkan posisi akhir Juni 2024 yang tercatat sebesar US$140,2 miliar atau sekitar Rp2.202 triliun.

Menurut Erwin, peningkatan cadangan devisa didorong oleh penerbitan sukuk global oleh pemerintah serta peningkatan penerimaan pajak dan jasa. Kenaikan ini mencerminkan tingginya kepercayaan investor global terhadap perekonomian Indonesia.

Dengan cadangan devisa sebesar itu, Indonesia mampu membiayai kebutuhan impor dan pembayaran cicilan utang luar negeri pemerintah untuk 6,3 hingga 6,5 bulan ke depan.  Angka ini jauh di atas standar kecukupan internasional yang umumnya berada di kisaran tiga bulan impor.