<p>Ilustrasi utang luar negeri. / Pixabay</p>
Nasional

Utang Luar Negeri Indonesia Mei 2022 Capai US$406,3 Miliar, Melandai 2,6 Persen Secara Tahunan

  • Angka itu menunjukkan penurunan 0,9% secara month-to-month (mtm) dibandingkan dengan posisi utang pada bulan sebelumnya di angka US$410,1 miliar (Rp6,15 kuadriliun).
Nasional
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat penurunan utang luar negeri (ULN) pada Mei 2022, dan rasionya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pun terjaga di kisaran 32,3%.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan, posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Mei 2022 tercatat sebesar US$406,3 miliar atau setara dengan Rp6,09 kuadriliun dalam asumsi kurs Rp14.999 perdolar Amerika Serikat (AS).

Angka itu menunjukkan penurunan 0,9% secara month-to-month (mtm) dibandingkan dengan posisi utang pada bulan sebelumnya di angka US$410,1 miliar (Rp6,15 kuadriliun).

Disampaikan oleh Erwin, perkembangan yang disebutkan di atas itu disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) dan sektor swasta.

Secara tahunan, utang luar negeri Mei 2022 terkontraksi 2,6% year-on-year (yoy), lebih besar dibandingkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 2% yoy.

ULN Pemerintah

Untuk ULN pemerintah, tercatat adanya penurunan 1,2% mtm dari US$190,5 miliar (Rp2,85 kuadriliun) pada bulan April 2022 menjadi US$188,2 miliar (Rp2,82 kuadrililun) pada bulan Mei 2022.

Secara tahunan, ULN pemerintah kontraksi sebesar 7,5% yoy dan lebih besar dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya di level 7,3% yoy.

"Tren penurunan ULN terjadi seiring beberapa seri surat berharga negara (SBN) yang jatuh tempo di bulan Mei 2022 dan pengaruh sentimen global yang memicu pergeseran investasi portofolio di pasar SBN domestik oleh investor nonresiden," ujar Erwin dikutip dari keterangan resmi, Jumat, 15 Juli 2022.

Sementara itu, BI juga mencatat pinjaman luar negeri mengalami sedikit kenaikan dari bulan sebelumnya, terutama pada pinjaman bilateral dari beberapa lembaga mitra yang ditujukan untuk mendukung pembiayaan program-program dan proyek prioritas.

Penarikan ULN di periode Mei 2022 masih diutamakan untuk mendukung belanja prioritas pemerintah dan mendorong akselerasi program pemulihan ekonomi nasional.

Hingga bulan Mei 2022, dukungan ULN pemerintah dalam memenuhi kebutuhan belanja prioritas di antara lain mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (24,5%), jasa pendidikan (16,5%), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,1%), konstruksi (14,3%), serta jasa keuangan dan asuransi (11,8%).

"Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali jika dilihat dari sisi refinancing risk jangka pendek, mengingat hampir seluruhnya merupakan ULN dalam jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,8% dari total ULN pemerintah," tutur Erwin.

ULN Swasta

Untuk ULN swasta, BI mencatat penurunan sebesar sebesar 0,7% mtm dari US$210,9 miliar (Rp3,16 kuadriliun) pada bulan April 2022 menjadi US$209,4 miliar (Rp3,14 kuadriliun) pada Mei 2022.

Secara tahunan, ULN swasta terkontraksi 0,7% yoy setelah tumbuh sebanyak 0,3% yoy pada bulan sebelumnya. Penurunan itu didukung oleh ULN perusahaan nonlembaga keuangan yang mengalami kontraksi sebesar 0,9% yoy setelah pada bulan sebelumnya mengalami pertumbuhan 0,8% yoy.

"Perkembangan ini terutama berasa dari pembayaran pinjaman dan surat utang yang jatuh tempo. Di sisi lain, ULN lembaga keuangan tumbuh sebesar 0,3% yoy setelah pada bulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 1,9% yoy," ujar Erwin.

ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, pertambangan dan penggalian, serta industri pengolahan dengan pangsa mencapai 77,3% dari total ULN swasta.

"ULN tersebut tetap didominasi oleh ULN jangka panjag dengan pangsa mencapai 74,4% terhadap total ULN swasta," kata Erwin.

Erwin mengatakan, ULN Indonesia pada bulan Mei 2022 dinilai tetap terkendali. Hal itu tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap PDB yang terjaga di kisaran 32,3%, menurun dibandingkan bulan sebelumnya di level 32,6%.

Selain itu, BI pun menilai struktur ULN Indonesia tetap sehat karena dominasi ULN berjangka panjang dengan pangsa mencapai 86,7% dari total ULN.

"Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehatian-hatian dalam pengelolaannya," ujar Erwin.

Erwin menambahkan, peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.