<p>Ilustrasi utang luar negeri. / Pixabay</p>
Nasional

Utang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta Menurun, Bagaimana dengan Rasionya Terhadap PDB?

  • Menurut data yang dirilis Bank Indonesia (BI), utang luar negeri Indonesia secara keseluruhan tercatat di angka US$394,6 miliar atau setara dengan Rp6,11 kuadriliun dalam asumsi kurs Rp15.499 perdolar Amerika Serikat (AS).

Nasional

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Utang luar negeri Indonesia baik untuk sektor pemerintah maupun swasta mengalami penurunan pada kuartal III-2022.

Menurut data yang dirilis Bank Indonesia (BI), utang luar negeri Indonesia secara keseluruhan tercatat di angka US$394,6 miliar atau setara dengan Rp6,11 kuadriliun dalam asumsi kurs Rp15.499 per dolar Amerika Serikat (AS).

Angka tersebut menurun 2,2% dibandingkan posisi di kuartal II-2022 sebesar US$403,6 miliar (Rp6,25 triliun).

Jika dibandingkan dengan kuartal III-2021 yang mencatat angka sebesar US$423,1 miliar (Rp6,55 triliun), utang luar negeri pada periode kuartal III-2022 terhitung menurun 7%, lebih besar dibanding penurunan pada kuartal sebelumnya sebesar 2,9%.

Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) berada di kisaran 30,1%, menurun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya di angka 31,8%.

Perkembangan ini terjadi seiring dengan penurunan pada utang luar negeri pemerintah dan swasta.

Pada periode kuartal III-2022, BI mencatat utang luar negeri pemerintah di posisi US$182,3 miliar (Rp2,82 kuadriliun), menurun 2,6% dari kuartal sebelumnya di angka US$187,3 miliar (Rp2,9 kuadriliun).

Secara tahunan, utang luar negeri pemerintah tercatat menurun 11,3% dari US$205,5 miliar (Rp3,18 kuadriliun) pada kuartal III-2021, lebih besar dari penurunan secara tahunan pada kuartal sebelumnya yang sebesar 8,6%.

Penurunan utang luar negeri pemerintah disebabkan oleh perpindahan investasi pada surat berharga negara (SBN) domestik ke instrumen lain sehingga mengurangi porsi kepemilikan investor nonresiden pada SBN domestik seiring dengan ketidakpastian di pasar keuangan global yang meningkat.

Pelunasan untuk beberapa pinjaman program dan proyek yang jatuh tempo pun ikut menopang penurunan utang luar negeri pemerintah pada kuartal III-2022.

Pada periode laporan ini, penarikan utang luar negeri masih diprioritaskan untuk belanja pemerintah, termasuk upaya penanganan COVID-19 dan program pemulihan ekonomi nasional.

Penarikan utang luar negeri pemerintah dalam memenuhi kebutuhan belanja prioritas pada kuartal III-2022 mencakup sektor-sektor berikut ini:

1.  jasa kesehatan kegiatan sosial (24,6%),

2. jasa pendidikan (16,6%),

3. administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,2%),

4. konstruksi (14,2%), serta

5. jasa keuangan dan asuransi (11,6%).

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, utang luar negeri untuk sektor swasta pun sama-sama mengalami penurunan.

Pada kuartal III-2022, posisi utang luar negeri swasta tercatat di angka US$204,1 miliar (Rp3,16 kuadriliun), menurun 1,7% dari US$207,7 miliar (3,22 kuadriliun) pada kuartal sebelumnya.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencatat angka US$208,5 miliar (Rp3,23 kuadriliun), utang luar negeri swasta mengalami penurunan 2,1%.

Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh menurunnya utang luar negeri lembaga keuangan dan perusahaan bukan lembaga keuangan yang masing-masing terkontraksi 4,5% dan 2,1% jika dibandingkan kuartal III-2021 karena pembayaran neto surat utang.

Jika ditinjau berdasarkan sektor, utang luar negeri swasta terbesar berasal dari sektor jasa keuangan dan asuransi, pertambangan dan penggalian, pengadaan listrik, gas, uap air panas dan air dingin, serta sektor industri pengolahan dengan porsi hingga 77,8% dari nilai total.

Utang luar negeri swasta masih didominasi oleh yang bersifat jangka panjang dengan porsi 75,7%.