Utang Luar Negeri Sektor Swasta Alami Kontraksi
- Utang luar negeri pemerintah memiliki profil yang aman dan terkendali.
Makroekonomi
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) umumkan per Juli 2023, utang luar negeri Indonesia tetap terkendali namun mengalami kontraksi pertumbuhan.
BI mencatatkan posisi utang luar negeri Indonesia Indonesia pada bulan Juli 2023 tercatat sebesar US$396,4 miliar atau sekitar Rp6.088 triliun (kurs Rp15.359). Nilai tersebut menunjukkan utang luar negeri Indonesia yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,9% tahun ke tahun (year-on-year/y-o-y), melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 1,5% (yoy).
BI menyebutkan dalam keterangan resmi kontraksi pertumbuhan tersebut bersumber dari utang luar negeri sektor swasta. Perkembangan posisi utang luar negeri pada Juli 2023 tersebut juga dipengaruhi oleh pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Posisi ULN swasta pada Juli 2023 tercatat US$193,9 miliar (Rp2.977 triliun) atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 5,9% (y-o-y). Nilai tersebut tercatat lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 5,8% (y-o-y). Perkembangan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan utang luar negeri lembaga keuangan (financial corporations) yang mencatat kontraksi pertumbuhan lebih dalam sebesar 10,5% (y-o-y) dibandingkan dengan 9,1% (y-o-y) pada bulan sebelumnya.
- Mau jadi Pemain Baterai Kendaraan Listrik, RI Jaga Cadangan Nikel Nasional
- Dukung Ekonomi Digital, EdgeConneX Bangun Pusat Data Senilai Rp6,19 Triliun
- Genjot Pertumbuhan Ekonomi, Menko Airlangga Tekankan Biaya Logistik jadi Kunci Utama
Berdasarkan sektor ekonomi, utang luar negeri swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan, pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, jasa keuangan, serta pertambangan dan penggalian, yang secara keseluruhan menyumbang 78,1% dari total utang luar negeri swasta. Utang luar negeri swasta masih didominasi oleh utang jangka panjang, mencapai 75,6% dari total utang luar negeri swasta.
Posisi utang luar negeri pemerintah pada bulan Juli 2023, tercatat sebesar US$193,2 miliar (Rp2.966 triliun) atau mengalami pertumbuhan 4,1% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang hanya mencatatkan 2,8% (y-o-y). Perkembangan utang luar negeri tersebut dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri untuk mendukung pembiayaan program dan proyek.
“Pemerintah terus berkomitmen untuk mengelola utang luar negeri secara hati-hati, efisien, dan akuntabel, termasuk menjaga kredibilitas dalam pemenuhan kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu,” tulis BI dalam keterangan resminya pada 15 September 2023 lalu.
Utang luar negeri memegang peran penting sebagai bagian dari APBN yang mendukung Pemerintah dalam mendanai sektor produktif dan kebutuhan penting. Hal tersebut dapat membantu menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
Alokasi utang luar negeri pemerintah setiap sektor diantaranya adalah sektor kesehatan dan sosial (24,0%), administrasi publik, pertahanan, dan jaminan sosial (18,1%), pendidikan (16,8%), konstruksi (14,2%), serta jasa keuangan dan asuransi (10,1%).
Utang luar negeri pemerintah memiliki profil yang aman dan terkendali. Hal tersebut karena hampir seluruhnya memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total utang luar negeri pemerintah.
Pada Juli 2023, utang luar negeri Indonesia tetap dalam kendali yang baik, ditunjukkan oleh penurunan rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari 29,3% pada bulan sebelumnya menjadi 29,2%. Selain itu, mayoritas utang luar negeri masih berupa utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,8% dari total utang luar negeri.