logo
JOANN.jpg
Dunia

Utang Menggunung, Raksasa Ritel AS Joann Inc. Gulung Tikar

  • Perusahaan yang berkantor pusat di Ohio, Amerika Serikat ini memiliki utang sebesar US$615,7 juta (sekitar Rp10 triliun), termasuk kewajiban pelunasan sebesar US$133 (Rp2,17 triliun) juta kepada para pemasok.

Dunia

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Joann Inc., salah satu pengecer kerajinan terbesar di Amerika Serikat (AS), resmi mengumumkan kebangkrutannya (pailit) setelah gagal menemukan pembeli yang ingin mengakuisisi dan melanjutkan operasional 800 toko ritel miliknya.

Perusahaan yang genap berusia 82 tahun ini tak sanggup menanggung beban utang besar dan dampak gangguan rantai pasokan dalam beberapa tahun terakhir.

"Joann berharap untuk mendapatkan pembeli yang akan menjaga bisnisnya tetap hidup," tulis keterangan resmi perusahaan pada sidang pengadilan kepailitan di Wilmington, Delaware AS, dilansir Reuters, Rabu, 26 Februari 2024.

Sebelumnya, Joann telah mengajukan perlindungan kebangkrutan pada  Januari 2025, hanya setahun setelah upaya restrukturisasi utang perusahaan pada 2024 yang sempat menghapus kewajiban senilai US$505 juta atau sekitar Rp8,25 triliun. 

Namun, upaya itu tak cukup untuk menghidupkan kembali bisnis yang sudah menghadapi  kesulitan akibat tekanan keuangan dan operasional yang terus meningkat.

Perusahaan yang berkantor pusat di Ohio, Amerika Serikat ini memiliki utang sebesar US$615,7 juta (sekitar Rp10 triliun), termasuk kewajiban pelunasan sebesar US$133 (Rp2,17 triliun) juta kepada para pemasok. 

Sementara itu, beban sewa toko mereka mencapai US$26 juta per bulan atau sekitar Rp424 miliar, beberapa aspek tersebut membuat kondisi keuangan semakin sulit untuk dipertahankan.

"Kami telah melakukan segala upaya untuk tetap menjalankan bisnis," pungkas perusahaan.

Toko Tutup Bertahap, 19.000 Karyawan Terdampak

Dengan adanya keputusan ini, Joann akan menutup seluruh tokonya secara bertahap dalam beberapa minggu ke depan. Langkah ini berdampak besar bagi 19.000 karyawan yang terancam kehilangan pekerjaan serta pelanggan setia yang selama ini mengandalkan produk-produk mereka.

Inventaris perusahaan tercatat mencapai US$538,3 juta atau sekitar Rp8,8 triliun, namun jumlah tersebut tidak cukup untuk menutupi kewajiban finansial yang membebani operasionalnya. Penutupan toko akan dilakukan secara bertahap hingga seluruh gerai berhenti beroperasi sepenuhnya.

Selama proses pailit tersebut, Joann akan menjual seluruh asetnya kepada para pemberi pinjaman serta GA Group, perusahaan yang dikenal sering membeli aset bisnis yang mengalami kesulitan finansial. Sidang pengadilan kepailitan di Wilmington, Delaware, dijadwalkan akan membahas persetujuan penjualan tersebut.

Meskipun Joann sempat berupaya mempertahankan bisnisnya, nyatanya tak ada investor yang bersedia melanjutkan operasional perusahaan. Penawar tertinggi dalam proses kepailitanpun lebih memilih untuk menghentikan semua penjualan dan likuidasi aset dibandingkan mempertahankan toko-toko yang ada.

Joann Inc. telah lama menjadi ikon dalam industri kerajinan di Amerika Serikat, terutama di kalangan penggemar DIY (Do-It-Yourself) dan seniman. Namun, seperti banyak ritel lainnya, mereka tak mampu bertahan di tengah tekanan persaingan e-commerce serta lonjakan biaya operasional. 

Dengan adanya keputusan tersebut, Joann resmi menyusul sejumlah raksasa ritel AS lainnya yang lebih dulu tumbang akibat beban utang dan perubahan pola belanja konsumen.

Sejarah Pekembangan Bisnis Joann Inc.

  • 1943 – Didirikan sebagai Cleveland Fabric Shop di Ohio, AS, oleh Hilda dan Berthold Reich, serta Sigmund dan Mathilda Rohrbach.
  • 1960-an – Toko berkembang pesat dan berganti nama menjadi Jo-Ann Fabrics.
  • 1970-an – 1980-an – Memperluas jaringan toko ke seluruh AS, menjadi pengecer utama kain dan perlengkapan kerajinan.
  • 1990-an – Berganti nama menjadi Joann Stores Inc., menawarkan berbagai perlengkapan DIY dan kerajinan tangan.
  • 2000-an – Meningkatkan fokus pada e-commerce dan pembaruan toko fisik.
  • 2011 – Diakuisisi oleh perusahaan ekuitas swasta Leonard Green & Partners dalam kesepakatan senilai US$1,6 miliar.
  • 2021 – Melantai di bursa saham NASDAQ dengan simbol JOAN, namun mengalami kesulitan keuangan akibat perubahan tren belanja dan rantai pasokan.
  • 2024 – Mengajukan kebangkrutan pertama kali untuk restrukturisasi utang sebesar US$505 juta.
  • 2025 – Mengajukan kebangkrutan kedua kali dan mengumumkan penutupan seluruh toko setelah gagal menemukan pembeli yang mau mempertahankan bisnisnya.