<p>Ilustrasi mena</p>
Industri

Utang Tembus Rp32,4 Triliun, TBIG Milik Konglomerat Edwin Soeryadjaya Rilis Obligasi Berbunga Murah

  • Emiten menara telekomunikasi milik konglomerat Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) telah selesai menerbitkan obligasi berkelanjutan senilai Rp750 miliar.

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Emiten menara telekomunikasi milik konglomerat Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) telah selesai menerbitkan obligasi berkelanjutan senilai Rp750 miliar. Surat utang bertajuk Obligasi Berkelanjutan IV TBIG Tahap II Tahun 2020 itu diterbitkan dalam dua seri.

Seri pertama senilai Rp395 miliar dengan bunga 5,75% dan tenor 370 hari. Seri kedua mengimisi dana Rp455 miliar dengan bunga 7,25% dan tenor tiga tahun.

CFO TBIG Helmy Yusman Santoso mengungkapkan, dana obligasi ini nantinya akan digunakan perseroan untuk melunasi utang anak perusahaan. “Khususnya fasilitas pinjaman revolving US$375 juta dari credit facilities yang ada,” terang Helmy dalam rilis resminya, Rabu, 2 Desember 2020.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2020, tercatat total utang perseroan mencapai Rp22,4 triliun dan total pinjaman senior Rp10,2 triliun. Dengan total saldo kas Rp574 miliar, maka utang bersih perseroan saat ini menapai Rp21,83 triliun dan total pinjaman senior menjadi Rp9,63 triliun.

Menurut Helmy, jika dihitung dengan menggunakan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) kuartal III, makan rasio pinjaman TBIG sudah mencapai 4,63 kali. Sedangkan rasio utang seniornya masih di level 2,04 kali.

“(Rasio itu) di bawah ketentuan surat utang kami yang mensyaratkan rasio total pinjaman diukur dengan menggunakan kurs lindung nilai terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan untuk tidak lebih dari 6,25 kali,” tegas Helmy.

Itu pula yang menajadi alasan mengapa Fitch Ratings Indonesia menaikkan peringkat nasional jangka panjang TBIG menjadi AA+ dengan proyeksi stabil. Bersamaan dengan itu, Fitch International juga telah menaikkan peringkat utang jangka panjang mata uang asing TBIG menjadi BBB-.

Sebab itu, Helmy meyakini bahwa visibilitas arus kas TBIG sampai saat ini masih kuat dan bertumbuh. Hal itu dibuktikan dengan penerbitan obligasi TBIG terbaru dengan bunga yang menurutnya cukup rendah.

“Kami berharap dapat terus mengakses pasar obligasi rupiah seiring dengan pertumbuhan bisnis kami,” pungkas Helmy. (SKO)