<p> Foto: Ismail Pohan &#8211; Tren Asia</p>
Industri

UU Cipta Kerja Direspons Positif, Dorong Kurs Rupiah Sumringah dan IHSG Merekah Lagi

  • Meski kontroversial, pengesahaan Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) nyatanya direspons positif pelaku pasar dengan mendorong penguatan kurs rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Meski kontroversial, pengesahaan Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) nyatanya direspons positif pelaku pasar dengan mendorong penguatan kurs rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore, 7 Oktober 2020, ditutup menguat seiring kembalinya optimisme pasar terkait UU Cipta Kerja yang disahkan pada awal pekan ini. Rupiah ditutup menguat 25 poin atau 0,17% menjadi Rp14.710 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp14.735 per dolar AS.

“Hari ini pasar kembali bersahabat setelah mengetahui isi dari UU Cipta Kerja, sehingga pro dan kontra tentang UU tersebut semakin menipis. Alhasil pasar kembali optimis. Wajar kalau modal asing kembali parkir di pasar dalam negeri,” kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, dilansir Antara, Rabu, 7 Oktober 2020.

Dari eksternal, Presiden AS Donald Trump menolak proposal stimulus Ketua DPR AS Nancy Pelosi senilai US$2,4 triliun dan menginstruksikan perwakilannya untuk menghentikan pembicaraan sampai setelah pemilihan.

Langkah tersebut memberikan pukulan terhadap harapan adanya stimulus lebih lanjut, yang menurut Gubernur Federal Reserve (Fed) Jerome Powell diperlukan untuk memastikan pemulihan yang kuat di Negeri Paman Sam.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.710 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.710 per dolar AS hingga Rp14.753 per dolar AS.

Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.784 per dolar AS dibandingkan dengan hari sebelumnya di posisi Rp14.712 per dolar AS.

Pewarta memperhatikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jum’at, 25 September 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
IHSG Hijau Tapi Asing Net Sell Tinggi

Saat yang sama, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup menguat tipis seiring aksi jual oleh investor asing.

IHSG ditutup menguat 5,11 poin atau 0,1% ke posisi 5.004,33. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 0,07 poin atau 0,01% menjadi 764,09.

“Untuk hari ini sebenarnya ada kombinasi sentimen positif dan negatif. Positifnya masih terkait pengesahan UU Cipta Kerja dan naiknya beberapa komoditas. Kalau negatifnya terkait ditundanya pembahasan stimulus fiskal lanjutan di AS,” kata analis Indo Premier Sekuritas Mino di Jakarta.

Dibuka melemah, IHSG lebih banyak menghabiskan waktu di zona merah namun berhasil menguat di menit-menit akhir perdagangan saham.

Secara sektoral, delapan sektor meningkat. Sektor konsumer naik paling tinggi yaitu 0,63%, diikuti sektor manufaktur dan sektor industri dasar masing-masing 0,48% dan 0,31%.

Sedangkan dua sektor terkoreksi yaitu sektor properti dan sektor pertambangan masing-masing sebesar 1,56% dan 0,56%.

Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing atau net foreign sell sebesar Rp2,03 triliun.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 576.450 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 16,87 miliar lembar saham senilai Rp16,86 triliun. Sebanyak 182 saham naik, 227 saham menurun, dan 177 saham tidak bergerak nilainya.

Sementara itu, bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei Jepang melemah 10,91 poin atau 0,05% ke 23.422,82. Kemudian, indeks Hang Seng Hong Kong naik 262,21 poin atau 1,09% ke 24.242,86. Terakhir, indeks Straits Times Singapura menguat 7,32 poin atau 0,29% ke 2.536,58. (SKO)