<p>Awak media melakukan peliputan dengan latar belakang layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jum&#8217;at, 25 September 2020. Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit dan ditutup menguat 103,03 poin atau 2,13 persen ke posisi 4.945,79 pada hari ini, setelah empat hari beruntun parkir di zona merah. Penguatan indeks hari ini ditopang kenaikan saham-saham berkapitalisasi jumbo alias big caps. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

UU Cipta Kerja Sah! IHSG dan Kurs Rupiah Makin Gacor, Asing Buru Saham BMRI

  • Dengan hasil hari ini, berarti sudah tiga hari secara beruntun IHSG mantap dengan tren kenaikan semenjak Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) disahkan pada 5 Oktober 2020 lalu.

Industri

Fajar Yusuf Rasdianto

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kurs rupiah pada sesi perdagangan akhir pekan Jumat 9 Oktober 2020 kembali berakhir di zona hijau.

Dengan hasil hari ini, berarti sudah tiga hari secara beruntun IHSG mantap dengan tren kenaikan semenjak Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) disahkan pada 5 Oktober 2020 lalu.

Saat yang sama, kurs rupiah menguat 10 poin atau 0,07% menjadi Rp14.700 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp14.710 per dolar AS.

IHSG melanjutkan penguatan dengan kenaikan 0,28% ke level 5.053,66 dari sebelumnya 5.039,14. Bersamaan dengan itu, saham-saham di indeks LQ45 juga turut menguat dengan kenaikan 0,17%.

Pergerakan sektor agrobisnis dan pertambangan menjadi faktor pengungkit kinerja IHSG hari ini. Keduanya membukukan peningkatan cukup tinggi, yakni 1,16% dan 1,17% secara beruntun.

Secara keseluruhan, transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini mencapai Rp5,48 triliun. Dengan 224 emiten bergerak menguat, sebanyak 289 emiten tidak bergerak statis, dan 199 bergerak turun.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan, kepercayaan investor atas pemulihan ekonomi nasional menjadi salah satu faktor pengungkit kinerja IHSG hari ini. Terlebih, setelah UU sapu jagat omnibus law disahkan.

“Tentu apabila tujuan besar dari langkah tersebut terjadi akan ada banyak dampaknya. Salah satunya adalah efisiensi dari segi birokrasi, transparansi proses di mana sistem elektornik dianggap dapat menjadi solusi guna meningkatkan peringkat EODB. Sehingga mendatangkan foreigh direct investment (FDI),” tulis Nico dalam riset hariannya, Jumat 9 Oktober 2020.

Jika dilihat pada hasil perdagangan kemarin 8 Oktober 2020, investor asing memang mencatatkan aksi beli bersih asing (net foreign buy/NFB) sebesar Rp49,94 miliar. Namun pada hari ini, asing justru mencatatkan aksi jual bersih (net foreign sell/NFS) sebesar Rp89,53 miliar.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi saham yang paling banyak diobral dengan catatan jual bersih asing Rp37 miliar. Disusul PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan catatan NFS Rp33,4 miliar.

Sebaliknya, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) malah mencatatkan NFB dengan nilai Rp85,2 miliar. Lalu PT Buana Listya Tama Tbk (BULL) dengan beli bersih asing Rp22 miliar. (SKO)

Top 10 saham paling diburu asing
  1. BMRI: Rp85,2 miliar.
  2. BULL: Rp22 miliar.
  3. UNVR: RP13,9 miliar.
  4. GGRM: Rp9,4 miliar.
  5. TLKM: Rp5,1 miliar.
  6. BTPS: Rp3,3 miliar.
  7. ITMA: Rp1,9 miliar.
  8. PGAS: Rp1,7 miliar.
  9. GLVA: Rp1,6 miliar.
  10. DMAS: Rp1,2 miliar.
Top 10 saham paling banyak diobral asing
  1. BBRI: Rp37 miliar.
  2. BBNI: Rp33,4 miliar.
  3. BBCA: Rp29,5 miliar.
  4. LPPF: Rp18,1 miliar.
  5. ASII: Rp14 miliar.
  6. ROTI: Rp12,7 miliar.
  7. SMGR: Rp12,3 miliar.
  8. MNCN: Rp7,9 miliar.
  9. KLBF: Rp6,9 miliar.
  10. ICBP: Rp6,9 miliar.