Upaya Pemerintah Antisipasi Perlambatan Ekonomi Global 2023
- Haryo mengungkapkan antisipasi pemerintah terhadap perlambatan ekonomi global 2023 yang dapat menyebabkan penurunan permintaan global dan berpengaruh terhadap kinerja ekspor Indonesia ke depan.
Makroekonomi
JAKARTA - Sektor industri memainkan peran penting sebagai penggerak dan penopang utama perekonomian nasional meski terdapat beberapa gejolak dan tantangan yang diakibatkan pandemi COVID-19.
Dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan mampu memberikan kontribusi terbesar pada struktur PDB nasional sebesar 18,57%, di Triwulan 1-2023 dengan pertumbuhan 4,43% (yoy). Partisipasi terhadap realisasi investasi juga cukup besar.
Hal itu tercermin dari data Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang menunjukan hingga semester 1-2023 industri pengolahan manufaktur berkontribusi 39,8% terhadap total investasi yang mencapai Rp270,3 triliun atau naik 17% (yoy). Angka tersebut merupakan kontribusi terbesar kedua setelah sektor jasa (41,9%) atau Rp284,1 triliun.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan sekaligus Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto merespons catatan tersebut dalam Rapat Koordinasi Pemetaan dan Penanganan Isu Aktual yang diselenggarakan Kementerian Perindustrian di Bogor Kamis, 3 Agustus 2023.
- Cegah Praktik Greenwashing, Perusahaan Perlu Berikan Laporan dan Audit Terhadap Penerapan ESG
- Moratelindo Terapkan ESG Melalui Konservasi Alam
- Akhirnya Jadi Aplikasi Sendiri, Begini Perjalanan GoPay Sejak Pertama Kali Diluncurkan
Haryo menilai ekspektasi perusahaan manufaktur Indonesia impresif karena bertahan di level positif yakni 53,30 di bulan Juli 2023. Kemudian dari sisi neraca perdagangan, Haryo menyebut Indonesia surplus selama 38 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. “Ini capaian yang bagus di tengah isu perlambatan ekonomi global,” ujar Haryo dikutip dari laman Kementerian Perekonomian, Jumat 4 Agustus 2023.
Dalam rangka penguatan industri dalam negeri, pemerintah terus mendorong percepatan kebijakan hilirisasi industri berbasis SDA. Dengan program hilirisasi, produk-produk dalam negeri tidak hanya dapat menggantikan barang impor, tapi diharapkan dapat memasok kebutuhan dunia dalam rangka partisipasi rantai pasok global. “Selalu kami dorong hilirisasi industri yang sekarang memang sedang jadi perhatian pemerintah,” ujar Haryo.
Pemerintah juga fokus dalam perbaikan kemudahan berusaha untuk mendorong investasi, dengan meluncurkan Online Single Submission Risk Based Approach (OSS-RBA), mengeluarkan Daftar Prioritas Investasi (DPI), dan mendirikan Lembaga Pengelola Investasi (LPI).
Haryo mengungkapkan antisipasi pemerintah terhadap perlambatan ekonomi global 2023 yang dapat menyebabkan penurunan permintaan global dan berpengaruh terhadap kinerja ekspor Indonesia ke depan.
Resiliensi Ekonomi
Menurutnya, untuk meningkatkan resiliensi perekonomian nasional, diperlukan transimisi peningkatan kinerja ekspor melalui berbagai kebijakan, seperti pembentukan Satgas Peningkatan Ekspor, Revisi Peraturan Pemerintah terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE), dan penguatan implementasi Local Currency Settlement (LCS).
Sementara untuk menjaga resiliensi industri manufaktur tetap tinggi dalam menghadapi berbagai tantangan domestik maupun global, pemerintah berupaya melakukan sejumlah perbaikan melalui berbagai kebijakan.
Hal itu seperti penguatan pasar dalam negeri melalui Bangga Buatan Indonesia, Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), serta subtitusi impor dan peningkatan ekspor.
“Penting kinerja ekspor tetap terjaga. Sehingga kita tetap punya peran walaupun ekonomi global melambat, eskpor kita tetap terjaga sehingga nanti efeknya petumbuhan ekonomi kita juga tetap terjaga,” tandas Haryo.