Siswa mengikuti pemeriksaan awal sebelum mendapatkan vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun di SDN 04 pagi, Cilandak Barat, Jakarta, Selasa, 14 Desember 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Nasional

Vaksinasi Tembus 301 Juta Dosis, Jokowi: Momentum Pemulihan Ekonomi

  • Presiden Joko Widodo optimistis bahwa tahun ini merupakan momentum pemulihan ekonomi secara menyeluruh, meskipun hati-hati masih ada varian Omicron.
Nasional
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA -- Presiden Joko Widodo optimistis bahwa tahun ini merupakan momentum pemulihan ekonomi. Capaian vaksinasi yang sudah mencapai 301 juta dosis dan penanganan pandemi yang semakin membaik menjadi penopang utama untuk mendorong pergerakan roda ekonomi.

"Tahun 2022 akan menjadi momentum dan penanganan pandemi sudah semakin terkendali, meskipun hati-hati masih ada varian Omicron yang harus diwaspadai," katanya dalam Pertemuan Industri Jasa Keuangan Tahun 2022 dan Peluncuran Taksonomi Hijau Indonesia secara virutal dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis, 20 Januari 2022.

Kepala Negara menyampaikan bahwa berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah vaksinasi telah mencapai 301 juta dosis per 19 Januari 2022.

Vaksinasi dosis pertama telah mencapai 85% atau sebanyak 178.261.136 dosis dan vaksinasi dosis kedua mencapai 58% atau sebanyak 121.566.591 dosis. Vaksinasi booster juga sudah disuntikkan sebanyak 1.348.413 dosis sejak 12 Januari lalu.

Kemudian, vaksinasi kelompok usia 12-17 telah mencapai 23.691.736 (88,71%) dosis pertama dan 18.173.268 (68,05%) orang mendapatkan dosis kedua. Targetnya, 
ada sebanyak 26.705.490 suntikan.

Adapula vaksinasi yang diberikan melalui skema Gotong Royong. Hingga 19 Januari sudah mencapai 1.314.241 (8,76%) dosis pertama dan 1.241.192 (8,27%) dosis kedua.

"Penanganan pandemi yang semakin baik ini harus kita pakai untuk membangkitkan optimisme yang lebih besar pada masyarakat dan kepada para pelaku usaha, untuk segera melanjutkan aktivitas ekonomi dan aktivitas-aktivitas produktif lainnya," kata Jokowi.

Meski penanganan pandemi terus membaik dan terjadi peningkatan ekonomi di sektor riil, Jokowi tetap menggarisbawahi kewaspadaan terhadap penyebaran varian Omicron yang kini sudah lebih dari 1.000 kasus. Kelangkaan ekonomi global juga patut diantisipasi agar tidak berdampak luas terhadap kinjera ekonomi domestik.

"Kelangkaan pangan, kelangkaan energi, kelangkaan kontainer, kenaikan inflasi, kenaikan harga produsen, saya kira persoalan-persoalan itu harus terus kita ikuti karena dampaknya pasti ada terhadap negara kita," pungkas mantan Walikota Solo.

Di tengah munculnya varian-varian baru COVID-19 yang hampir tidak pernah terprediksi, Jokowi memperkirakan pandemi akan sangat berkepanjangan. Optimisme Organisasi Kesehaatan Dunia (WHO) bahwa pandemi berakhir tahun ini bisa saja meleset.

Kondisi tersebut akan sangat mempengaruhi rantai pasok global yang memicu harga komoditas dunia dan menimbulkan inflasi global yang semakin tidak menentu.

Pemerintah perlu mendesain kebijakan yang tepat dalam merespon disrupsi rantai pasok agar tidak menimbulkan potensi kerugian negara akibat defisit perdagangan, salah satunya adalah defisit minyak dan gas (migas) yang terus membengkak.

"Diperlukan strategi penanganan yang lebih spesifik, detail dan efektif, serta penuh kehati-hatian agar tidak mengganggu upaya-upaya pemulihan yang sedang kita lakukan," ungkap mantan Gubernur DKI Jakarta.