Vale (INCO) Raup Laba Rp3,09 Triliun, Ini Penyumbangnya
- PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan kinerja keuangan yang telah diaudit sepanjang 2022. Perseroan meraup laba bersih senilai US$200,4 juta atau setara Rp3,09 triliun (asumsi kurs Rp 15.196 per dolar AS), naik 20,86% dari tahun sebelumnya.
Nasional
JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan kinerja keuangan yang telah diaudit sepanjang 2022. Perseroan meraup laba bersih senilai US$200,4 juta atau setara Rp3,09 triliun (asumsi kurs Rp 15.196 per dolar AS), naik 20,86% dari tahun sebelumnya.
CEO dan Presiden Direktur Febriany Eddy mengatakan, perseroan juga memperoleh EBITDA sebesar US$477 juta atau Rp7,2 triliun pada 2022 didorong oleh harga realisasi nikel yang lebih tinggi. Harga realisasi rata-rata pada 2022 adalah 35% lebih tinggi dibandingkan harga tahun lalu.
Namun demikian, dengan kenaikan harga komoditas yang signifikan pada 2022, perseroan masih mampu mempertahankan biaya tunai di kisaran US$11.000 per ton.
“Harga yang lebih tinggi ini tentunya membawa dampak positif bagi kinerja keuangan kami,” kata Febriany dalam keterangan resmi pada Jumat,17 Februari 2023.
- Menyoal Rangkap Jabatan Erick Thohir
- Cegah Misinformasi, Kajian Ilmiah Produk Tembakau Alternatif Perlu Digalakkan
- Dari Merek Wardah hingga Unilever, Ini Curhatan Produsen Kosmetik Soal Tingginya Bahan Baku Impor
Dari sisi pendapatan perseroan mencatatkan sebesar US$1.179,4 juta atau Rp17,9 miliar pada 2022 atau 24% lebih tinggi dari penjualan pada 2021 sebesar US$953,2 juta atau Rp14,4 triliun disebabkan oleh harga realisasi rata-rata yang lebih tinggi.
Febriany menambahkan, harga realisasi rata-rata pengiriman nikel dalam matte adalah US$19.348 per ton, lebih tinggi dari level 2021 sebesar US$14.309 per ton.
Beban pokok pendapatan Grup pada 2022 sebesar US$865,9 juta atau Rp13,1 triliun, meningkat 23% dari US$704,3 juta atau Rp10,7 triliun pada 2021. Penyebab utama kenaikan beban pokok pendapatan adalah harga bahan bakar dan batu bara yang lebih tinggi.
Produksi PT Vale pada 2022 sebesar 60.090 metrik ton nikel dalam matte, 8% lebih rendah
dari produksi 2021 terutama disebabkan oleh adanya pelaksanaan proyek Pembangunan
Kembali Tanur 4. Setelah proyek tersebut selesai perseroan optimis akan mencapai volume produksi yang lebih tinggi pada 2023.
Adapun untuk konsumsi HSFO pada 2022 meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2021, mengimbangi konsumsi batu bara yang lebih rendah karena kami telah memutuskan untuk menggunakan HSFO sebagai sumber energi di operasi kami sejak September 2022, menyikapi kenaikan harga batu bara yang cukup tajam.
Sementara itu, konsumsi diesel pada tahun 2022 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan 2021. Dibandingkan dengan 2021, harga rata-rata HSFO, diesel maupun batu bara pada 2022 meningkat signifikan masing-masing sebesar 44%, 74% dan 136%.