<p>Pertambangan mineral nikel milik PT PAM Mineral Tbk (NICL) / Dok. Perseroan</p>
Industri

Vale Indonesia Gandeng Perusahaan China Bangun Smelter Nikel di Morowali Senilai Rp31 Triliun

  • Vale Indonesia Tbk (INCO) akan memegang 49% saham smelter nikel dan sisanya digenggam perusahaan mitra asal China.

Industri

Laila Ramdhini

JAKARTA - Vale Indonesia Tbk (INCO) menggandeng perusahaan asal China yaitu China Baowu Steel Group dan Shandong Xinhai Technology untuk membangun pabrik pemurnian dan pengolahan atau smelter nikel di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Adapun nilai investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan smelter nikel tersebut sebesar US$2,1 miliar atau sekitar Rp31 triliun.

"Estimasi biaya capex (capital expenditure) sekitar 2,1 miliar dolar AS untuk pembangunan pabrik," kata Direktur Utama Vale Indonesia Febriany Eddy, pada acara Penandatanganan Perjanjian Investasi dan Kerja Sama Proyek Blok Bahadopi di Jakarta, Selasa, 6 September 2022.

Febriany mengungkapkan pabrik smelter nikel tersebut akan mampu memproduksi sekitar 73.000 hingga 80.000 metrik ton nikel per tahun. Dengan penandatangan kerja sama investasi bersama perusahaan China tersebut, diharapkan pembangunan pabrik akan rampung paling lambat pada 2025.

Febriany berterima kasih kepada pemerintah Indonesia yang menjadikan Proyek Bahodapi sebagai Proyek Startegis Nasional (PSN).

"Proyek ini masuk sebagai PSN, ini berarti proyek ini mempunyai nilai strategis peningkatan, pertumbuhan, pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan pembangunan daerah," kata Febriany.

Dia mengatakan pabrik smelter nikel yang dibangun akan menghasilkan karbon yang rendah dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga gas alam cair atau LNG. Febriany mengatakan pabrik tersebut akan menjadi pabrik pertama di Indonesia yang digerakkan dengan LNG.

Direktur Vale Indonesia Bernandus Irmanto mengatakan bahwa Vale akan memiliki 49% saham atas pabrik, sementara sisanya kepemilikan oleh mitra.

Irmanto menjelaskan pabrik tersebut nantinya akan menghasilkan produk berupa feronikel yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja nirkarat.

Selama lima tahun pertama, 100% hasil produk feronikel akan diambil oleh mitra Vale untuk diekspor. Sementara, setelah lima tahun, Vale mendapatkan 49% produk feronikel dari total yang dihasilkan pabrik dalam satu tahun.