logo
Citroen C3, Mmobil listrik murah dan compact dari Citroen seharga Rp196 Jutaan.
Transportasi dan Logistik

Vietnam Masuk, Inilah Negara-Negara Yang Berinvestasi Kendaraan Listrik di Indonesia

  • VinFast adalah anak usaha dari Vingroup, salah satu perusahaan swasta terbesar di Vietnam.

Transportasi dan Logistik

Debrinata Rizky

JAKARTA - Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani mengatakan perusahaan otomotif asal Vietnam yakni Vinfast telah menyatakan komitmen investasinya di Indonesia. Perusahaan tersebut akan membangun pabrik mobil listrik (electric vehicle/EV) di Kota Subang, Jawa Barat senilai hingga Rp4 triliun.

"Mereka berinvestasi di mobil listrik di Subang seluas 120 hektare. Rencananya mereka ingin berproduksi 50 ribu kendaraan per tahun, dengan investasi itu mencapai Rp4 triliun," kata Rosan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta dikutip Rabu, 12 Maret 2025.

Adapun VinFast adalah anak usaha dari Vingroup, salah satu perusahaan swasta terbesar di Vietnam. Selain VinFast, beberapa negara lain juga berinvestasi dalam pengembangan kendaraan listrik (EV) dan baterai di Indonesia:

Korea Selatan

Pada Juli 2024, proyek investasi ekosistem baterai dan kendaraan listrik senilai ekosistem baterai dan kendaraan listrik senilai US$4,46 miliar atau setara dengan Rp71,36 triliun diresmikan di Karawang, Jawa Barat.

Proyek ini merupakan kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan, dengan pabrik sel baterai listrik pertama dan terbesar di Asia Tenggara yang dibangun oleh PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power.

Menteri Investasi dan Kepala BKPM saat itu Bahlil Lahadalia mengatakan invetasi ini pengembangan ekosistem baterai dan kendaraan listrik ini meliputi industri pabrik sel baterai untuk kendaraan listrik senilai US$3,2 miliar (Rp51,2 triliun) yang akan menyerap 2.800 tenaga kerja.

Di mana dalam fase pertama memiliki kapasitas produksi 10GWh dengan nilai investasi US$1,2 miliar atau setara dengan Rp19,2 triliun. Investasi lainnya yang juga diresmikan yaitu pak baterai (battery pack) senilai US$42,12 juta (Rp674,32 miliar) dan produksi kendaraan listrik US$1,22 miliar (Rp19,52 triliun).

China

Pada Oktober 2024, Indonesia Battery Corporation (IBC) menandatangani perjanjian joint venture dengan CBL International Development, anak perusahaan CATL, untuk mendirikan pabrik manufaktur sel baterai berkapasitas 15 gigawatt jam dengan investasi hingga US$1,18 miliar setara Rp19,13 triliun (asumsi kurs Rp16.213 per dolar AS). Produksi diharapkan dimulai pada 2027.

Kerja sama tersebut dengan membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV) manufaktur sel baterai. Dalam kerja sama ini, IBC yang merupakan perusahaan patungan dari PT ANTAM Tbk, PT Indonesia Asahan Aluminium, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero), terlibat dalam rantai nilai di segmen hilir antara lain manufaktur material baterai, manufaktur sel baterai, dan daur ulang baterai.

Lalu ada BYD, Perusahaan EV asal China ini berencana menyelesaikan pembangunan pabrik senilai US$1 miliar atau Rp16 triliun di Subang, Jawa Barat, pada akhir 2025. Pabrik ini akan memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 150.000 unit kendaraan listrik.

Taiwan

Foxconn, perusahaan teknologi asal Taiwan, berencana menginvestasikan US$8 miliar atau Rp114,5 triliun dalam pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia. Investasi ini mencakup berbagai sektor, mulai dari penambangan dan peleburan nikel hingga produksi baterai dan kendaraan listrik.

Sayangnya hingga 2025, Foxconn tak kunjung merealisasikan investasinya di Indonesia. Menurut BKPM, salah satu permasalahan yang mengganjal realisasi investasi Foxconn adalah masalah regulasi. Foxconn disebut meminta lebih dari yang dapat dipenuhi pemerintah Indonesia.