<p>Frilasita, Kepala Laboratorium Emerging Virus Reserach Unit di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman</p>
Gaya Hidup

Virus Corona Bisa Tanpa Gejala, Orangnya Segar Bugar

  • Kepala Laboratorium Emerging Virus Reserach Unit di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Frilasita mengatakan penyebaran virus corona tertinggi justru dibawa oleh orang dengan gejala infeksi ringan atau bahkan tanpa gejala.

Gaya Hidup
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Penyebaran virus corona baru (covid-19) bisa menginfeksi tanpa ada tanda-tanda gejala, meskipun orang tersebut tampak segar dan bugar.

Kepala Laboratorium Emerging Virus Reserach Unit di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Frilasita mengatakan penyebaran virus corona tertinggi justru dibawa oleh orang dengan gejala infeksi ringan atau bahkan tanpa gejala.

Dalam paparannya, ia menyebut tingkat penyebaran virus corona melampaui virus sebelumnya, yakni SARS dan MERS yang terjadi beberapa tahun silam.

“Kasus dengan gejala berat sampai pada kematian justru tingkat penyebarannya rendah, meskipun tetap bisa menyebarkan,” katanya melalui pesan WhatsApp, Selasa 17 Maret 2020.

Dia sangat menyarankan pemerintah untuk mengambil tindakan lockdown terbatas atau social distancing. Washington Post juga telah megeluarkan hasil positif dari simulasi lockdown terhadap penurunan angka penyebaran virus corona di masyarakat.

Saat ini pemerintah menetapkan 14 hari masa isolasi, namun menurutnya, meski telah dinyatakan sembuh dalam 14 hari, seseorang tidak tertutup kemungkinan untuk kembali terinfeksi virus yang sama.

“Salah satu contoh jika ada antibodi yang terbentuk saat infeksi pertama, namun tidak cukup banyak untuk melawan infeksi yang kedua,” kata dia.

Mengenai rumor apakah virus corona dapat sembuh dengan sendirinya, ia membenarkan hal tersebut. Seorang pasien dapat dikatakan sembuh karena virus bersifat self limiting, ketika virus sudah tidak terdeteksi dalam tubuh dan kondisi imun juga baik maka pasien dapat dinyatakan sembuh.

“Secara sederhana arti self limiting disease adalah dapat sembuh tanpa ada external treatment, sehingga tubuh melawan dengan sendirinya,” tambahnya.

Kendati begitu, Sisi, panggilan akrab Frilasita mengatakan untuk memutus penyebaran virus corona di dunia, perlu adanya mekanisme penghentian virus secara global. Caranya dengan menghentikan potensi penyebaran virus melalui kontak sosial.

“Harus memutus rantai hidup virus, kita tidak memberikan kesempatan virus untuk mencari inang (tubuh manusia) baru,” kata dia.

Sebelumnya ia menjelaskan virus, termasuk virus corona, adalah jenis mikroorganisme harus memiliki inang atau sel untuk berkembang biak. Virus yang masuk pada inang (binatang atau manusia) hanya akan menempel pada sel yang reseptornya cocok dengan virus tersebut.

“Kalau tidak cocok tidak akan menempel, kalau sudah cocok ada namanya proses endositosis alias virusnya akan masuk ke dalam sel kemudian akan mengambil alih kemampuan selnya dan menggunakannya untuk memperbanyak jumlah virusnya,” urainya.

Proses injeksi material genetic inilah yang menyebabkan pecahnya sel dan membuat virus keluar sel dan menjangkiti sel baru hingga melakukan proses yang sama secara berulang.

“Saat sel sudah terinfeksi, tubuh akan menerima sinyal berupa reaksi inflamasi yang kita kenal dengan gejala penyakit seperti demam, batuk,” tegasnya. (SKO)