Volatilitas Pasar Dorong Sentimen Flight to Quality, Investor Pilih Instrumen Lebih Aman
- Volatilitas pasar meningkat dalam beberapa waktu oleh faktor global yang menyebabkan kecenderungan sentimen flight-to-quality.
Pasar Modal
JAKARTA – Volatilitas pasar meningkat dalam beberapa waktu oleh faktor global yang menyebabkan kecenderungan sentimen flight-to-quality, fenomena pasar keuangan yang terjadi ketika investor menjual portofolio investasi yang dianggap berisiko tinggi dan beralih ke instrumen lebih aman.
Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan risiko terbesar dalam jangka pendek adalah negosiasi pagu utang Amerika Serikat (AS) yang menciptakan ketidakpastian atas kemampuan pemerintah untuk membayar tagihannya.
“Namun kami melihat ini sebagai volatilitas sesaat akibat ketidakpastian situasi politik AS dan bukan merupakan permasalahan fundamental ekonomi,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin, 29 Mei 2023.
- Nilai Kurs Rupiah Ditutup Melemah Walaupun Kesepakatan Plafon Utang AS Telah Tuntas, Ini Penyebabnya
- Erick Thohir Borong 2 Mobil Listrik Hyundai Tahun Lalu, Nilainya Rp2,53 Miliar
- Indonesia Vs Argentina: Messi Resmi Main, 7 Bintang Juara Piala Dunia 2022 Absen
Dalam jangka menengah, Rully turut melihat adanya risiko volatilitas karena ketidaksinkronan antara pasar dan The Fed terkait dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga Negeri Paman Sam tahun ini.
Pemangkasan Suku Bunga
Di tengah meningkatnya volatilitas tersebut, lanjut Rully, pasar obligasi AS mengharapkan pemangkasan Federal Funds Rate (FFR). Di sisi lain, dia melihat sinyal cukup jelas dari The Fed untuk menurunkan suku bunga pada tahun ini.
“Karena potensi volatilitas pasar dalam jangka pendek dan menengah, kami melihat Bank Indonesia (BI) akan tetap memfokuskan kepada stabilitas untuk saat ini,” ungkapnya.
- Urgensi PMK 49 Tahun 2023 Dipertanyakan, Ekonom Singgung Muatan Politis
- Ini Sejumlah Sentimen yang Bikin Saham ICBP Layak Dikoleksi
- Newcastle Lolos Liga Champions, Cristiano Ronaldo Jadi Gabung?
Sesuai ekspektasi, BI mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75% serta suku bunga simpanan dan fasilitas pinjaman masing-masing di 5,0% dan 6,50% selama empat bulan berturut-turut.
Sementara itu, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia terus menunjukkan tren menurun ke arah targetnya dengan laju sebesar 4,3% year-on-year (yoy) pada April 2023. Sedangkan, inflasi inti terus terkendali di bawah 3% dalam dua bulan terakhir.