Karyawati menunjukkan mata uang Rupiah di kantor cabang Bank OCBC NISP Jakarta, Senin, 2 Agustus 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Nasional

Volatilitas Valas Meningkat dalam Jangka Waktu Pendek, Rupiah Diprediksi Menguat Akhir Tahun Ini

  • Mata uang rupiah diperkirakan menguat pada akhir tahun ini. Hal tersebut didukung oleh ekonomi Indonesia yang kuat dan berakhirnya siklus pengetatan moneter di negara maju.

Nasional

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Mata uang rupiah diperkirakan menguat pada akhir tahun ini. Hal tersebut didukung oleh ekonomi Indonesia yang kuat dan berakhirnya siklus pengetatan moneter di negara maju.

Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto memperkirakan volatilitas mata uang akan mengalami kenaikan dalam jangka waktu pendek, disebabkan oleh spekulasi pengetatan yang lebih agresif oleh The Fed.

Kondisi itu didasari oleh inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari perkiraan dan disertai dengan kondisi ketenagakerjaan yang lebih baik. Di tengah kondisi itu, ia melihat potensi penguatan Rupiah hingga akhir 2023.

“Kami memperkirakan Rupiah akan mengalami apresiasi terhadap dolar AS pada akhir tahun ini,” tulis Rully melalui riset yang dirilis Selasa, 21 Februari 2023.

Di samping itu, Indonesia mencatat surplus transaksi berjalan yang cukup tinggi dengan nilai US$4,3 miliar pada kuartal IV-2022 dibandingkan dengan konsesus pada level US4,2 miliar, surplus tersebut setara dengan 1,3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). 

Surplus transaksi berjalan yang kuat tersebut didukung oleh neraca barang yang tinggi, yakni US$17,8 miliar serta peningkatan surplus pendapatan sekunder menjadi US$1,9 miliar pada kuartal IV-2022.

Untuk neraca transaksi berjalan sepanjang tahun 2022, Indonesia mencatat surplus yang jauh lebih tinggi sebesar US$13,2 miliar, setara dengan 1% terhadap PDB. Lebih tinggi dari capaian 2021 dengan 0,3% PBD.

Sementara itu, neraca pembayaran mencatatkan surplus US$4,7 miliar pada akhir triwulan tahun lalu, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian kuartal III-2022 dengan nilai surplus US$1,3 miliar. Hal ini didorong oleh neraca transaksi berjalan yang solid dan defisit neraca keuangan yang lebih rendah. 

Kendati demikian, neraca pembayaran Indonesia mencatat surplus yang jauh lebih rendah pada 2022 sebesar US$4 miliar yang disebabkan oleh defisit neraca finansial. Sedangkan, pada 2021 surplus neraca pembayaran pemerintah sebesar US$16,1 miliar.

Untuk tahun 2022, neraca finansial mencatatkan defisit US$8,1 miliar, lebih rendah dari tahun sebelumnya dengan nilai US$12,5 miliar. Kondisi yang mendorongnya adalah surplus investasi langsung yang lebih rendah dan investasi portofolio yang mengalami defisit cukup besar.