<p>Ilustrasi perkebunan kelapa sawit. / Pixabay</p>
Pasar Modal

Waduh, Gara-Gara RI Harga Minyak Sawit Dunia Sempat Tembus 7.100 Ringgit Malaysia per Ton

  • Harga minyak sawit dunia terus meradang imbas dari diberlakukannya kebijakan larangan ekspor yang diteken pemerintah pada komoditas minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) beserta produk turunannya.
Pasar Modal
Muhammad Farhan Syah

Muhammad Farhan Syah

Author

JAKARTA - Harga minyak sawit dunia terus meradang imbas dari diberlakukannya kebijakan larangan ekspor yang diteken pemerintah pada komoditas minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) beserta produk turunannya.

Di pasar berjangka malaysia, harga CPO kini tembus dibanderol 7.104 ringgit Malaysia per ton pada Rabu, 4 Mei 2022 pukul 10:24 WIB, harga tersebut semakin mendekati level tertinggi pada komoditas tersebut yang dicetak awal bulan Maret lalu seharga 7.268 ringgit Malaysia.

Kenaikan ini semakin memperpanjang tren peningkatan harga yang terjadi sepanjang tahun. Tercatat sejak awal tahun 2022, CPO telah mengalami lonjakan kenaikan hingga sebesar 33,49% atau 2.386 ringgit Malaysia per ton.

Sebelumnya pemerintah menetapkan aturan larangan ekspor pada seluruh komoditas bahan baku penghasil minyak goreng, mulai dari CPO, Red Palm Oil (RPO), palm oil mill effluent (POME), hingga refined, bleached, deodorized (RBD) palm olein.

Kebijakan tersebut diteken sebagai bentuk upaya pemerintah dalam menstabilisasi harga produk minyak goreng di dalam negeri yang terpantau terus melonjak tidak sesuai dengan kebijakan pada harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan sebesar Rp14.000 per liter.

Larangan ekspor tersebut berdampak pada harga CPO di pasar global mengingat Indonesia merupakan produsen terbesar bagi komoditas tersebut. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia dari CPO per bulannya mencapai US$2 miliar.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai kebijkakan larangan ekspor bahan baku minyak goreng dari Indonesia itu menjadi mimpi buruk ditengah kekhawatiran pasar akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang belum mereda.

"Hal ini semakin membuat pasar khawatir di tengah konflik Rusia-Ukraina yang memang sudah membuat harga CPO naik ditengah kelanggkaan minyak nabati lain seperti minyak biji bunga matahari," terang Mamit kepada trenasia.com Rabu, 4 Mei 2022.

Sementara itu dikutip dari laman tradineconomics, menurunnya pasokan CPO dari Malaysia pada pengiriman bulan April lalu juga berkontribusi pada peningkatan harga yang terjadi saat ini.

"Pengiriman minyak sawit dari 1-25 April turun 12,9% menjadi 897.683 dari periode yang sama di bulan Maret," kata perusahaan surveyor kargo, Societe Generale de Surveillance dikutip Rabu, 4 Mei 2022.