<p>Presiden Joko Widodo menjadi individu pertama yang mendapat vaksin Sinovac / Dok. BPMI Setpres</p>
Industri

Waduh! Habis Vaksinasi Jokowi, Saham Sektor Farmasi Malah Ambruk

  • Peningkatan pesat pada harga saham di sektor farmasi harus berakhir usai vaksinisasi pertama COVID-19 kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada perdagangan sesi I Rabu, 13 Januari 2021 hampir seluruh emiten di sektor farmasi memerah bahkan nyaris menyentuh auto rejection bawah (ARB) atau -7%.

Industri

Fajar Yusuf Rasdianto

JAKARTA – Peningkatan pesat pada harga saham di sektor farmasi harus berakhir usai vaksinasi pertama COVID-19 kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada perdagangan sesi I Rabu, 13 Januari 2021 hampir seluruh emiten di sektor farmasi memerah bahkan nyaris menyentuh auto rejection bawah (ARB) atau -7%.

PT Tempo Scan Pasicif Tbk (TSPC) menjadi emiten farmasi dengan pelemahan terparah atau -6,83% sebesar 140 poin ke level Rp1.910 per lembar. Di posisi kedua ada saham PT Phapros Tbk (PEHA) yang juga ambruk 6,82% atau 180 poin ke level Rp2.460 per lembar.

Selain dua itu, ada juga saham PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) yang tumbang 6,81% atau 475 poin ke posisi Rp6.500 per lembar. Pun demikian dengan saham PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) yang amblas 6,81% ke level Rp6.500 per lembar.

Saham produsen jarum suntik PT Itama Ronaraya Tbk (IRRA) yang baru hari ini baru saja terlepas dari suspensi Bursa Efek Indonesia (BEI) juga ikut anjlok 6,76% atau 250 poin ke level Rp3.450 per lembar. Begitu pula dengan saham PT Pyramid Farma Tbk (PYFA) yang terjungkal 6,76% atau 100 poin ke level Rp1.380 per lembar.

Setali tiga uang, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang baru saja menjajaki potensi menjadi distributor vaksin bersama pemerintah juga ikut tergerus. Saham KLBF surut 6,25% sebesar 105 poin ke level Rp1.575 per lembar.

Pelemahan saham-saham farmasi ini terjadi ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan reli penguatan tiga hari beruntun. Hingga sesi I, indeks melaju 0,51% atau 32,92 basis poin ke level 6.428,59.

Saham-saham di sektor pertambangan dan aneka industri menjadi pendorong laju indeks dengan penguatan masing-masing 3,28% dan 1,39%. Investor asing turut memberikan kontribusi melalui aksi net buy senilai Rp510,84 miliar.