Waduh! OKB Kurang Peka dengan Penderitaan Orang Miskin , Ini Penjelasannya
- Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan bahwa mereka yang sukses menjadi kaya ini justru cenderung kurang peka terhadap kesulitan yang dihadapi oleh orang miskin dibandingkan dengan mereka yang lahir dalam keluarga kaya.
Nasional
JAKARTA - Orang yang lahir miskin dan berhasil menjadi kaya atau sering disebut orang kaya baru (OKB) ternyata kurang peka terhadap kesulitan yang dihadapi oleh orang miskin.
Kita mungkin berfikir mereka yang berhasil kaya setelah terlahir miskin ini seharusnya lebih bisa berempati terhadap orang miskin karena dulu sempat berada di posisi yang sama.
Namun, kenyataannya penelitian menunjukkan hasil yang sebaliknya.
- Bea Cukai Setor Rp286,2 Triliun ke Kas Negara
- Lampaui Target, Penumpang Pesawat di Bandara AP II Tembus 4,2 Juta
- Kinerja Keuangan Ancol (PJAA) Berpotensi Melebihi Capaian Prapandemi
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dengan judul "If I Could Do It, So Can They: Among the Rich, Those With Humbler Origins are Less Sensitive to the Difficulties of the Poor", mengeksplorasi pandangan masyarakat terhadap individu kaya yang meraih kesuksesan dari nol (Became Rich) dibandingkan dengan mereka yang lahir dalam keluarga kaya (Born Rich), serta bagaimana pengalaman kekayaan mereka memengaruhi sikap terhadap orang miskin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara bertentangan dengan ekspektasi umum, individu yang berasal dari latar belakang ekonomi yang sederhana cenderung kurang peka terhadap masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh orang miskin.
Penelitian yang dipimpin oleh Hyunjin J. Koo dan timnya ini telah dipublikasikan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science.
Penelitian ini melibatkan partisipan yang direkrut melalui platform pengumpulan data online seperti Prolific Academic dan Turkprime.
Dalam dua studi awal, partisipan diminta untuk menilai persepsi mereka terhadap dua kelompok individu kaya, yakni Became Rich dan Born Rich.
Hasil Studi 1a menunjukkan bahwa mayoritas partisipan cenderung menganggap bahwa orang yang menjadi kaya dari bawah (Became Rich) lebih empatik dan memahami kondisi orang miskin daripada mereka yang lahir kaya (Born Rich).
Studi 1b yang mengulang eksperimen dengan menyamakan kedua kelompok sebagai pekerja keras menegaskan temuan sebelumnya.
Studi selanjutnya, yaitu Studi 2a dan 2b, memfokuskan pada sikap sosial politik para kaya terhadap masalah sosial ekonomi, seperti perjuangan untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi di Amerika Serikat.
Temuan menunjukkan bahwa orang yang menjadi kaya (Became Rich) melihat mobilitas sosial ke atas sebagai lebih mudah dan cenderung memiliki sikap kurang empatik terhadap orang miskin, meskipun partisipan memiliki pendapatan tinggi.
Studi terakhir, Studi 3, menggunakan skenario simulasi untuk menguji pengaruh pengalaman mobilitas sosial ke atas terhadap sikap. Partisipan yang diminta untuk membayangkan diri mereka dalam skenario mobilitas sosial ke atas cenderung melihat perjalanan tersebut sebagai kurang sulit dan menunjukkan tingkat empati yang lebih rendah terhadap mereka yang berjuang.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan bahwa mereka yang sukses menjadi kaya ini justru cenderung kurang peka terhadap kesulitan yang dihadapi oleh orang miskin dibandingkan dengan mereka yang lahir dalam keluarga kaya.
Adapun keterbatasan penelitian ini adalah fokus pada individu berpenghasilan tinggi di Amerika Serikat, dan belum melibatkan mereka yang termasuk dalam kategori super kaya.
Para peneliti menyimpulkan bahwa pandangan sosial seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh posisi kelas saat ini, tetapi juga oleh serangkaian pengalaman hidup yang membentuk pandangan mereka terhadap realitas sosial.