Waduh! Pendiri Google DeepMind Peringatkan AI Dapat Bantu Hasilkan Virus Sintetik Pemicu Pandemi
- Mustafa Suleyman menyatakan keprihatinannya bahwa penggunaan AI dapat disalahgunakan untuk merekayasa patogen agar menyebabkan lebih banyak kerusakan sehingga dapat menyebabkan skenario seperti pandemi.
Gaya Hidup
JAKARTA - Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) saat ini semakin lumrah digunakan untuk berbagai aktivitas sehari-hari termasuk untuk bekerja. Meski mampu memudahkan pekerjaan, beberapa pihak ada yang tetap khawatir soal kemampuan yang bisa dilakukan oleh kecerdasan buatan, salah satunya yaitu pendiri Google DeepMind, Mustafa Suleyman.
Mustafa Suleyman menyatakan keprihatinannya bahwa penggunaan AI dapat disalahgunakan untuk merekayasa patogen agar menyebabkan lebih banyak kerusakan sehingga dapat menyebabkan skenario seperti pandemi. Ia menganggap bahwa virus sintetik dapat dihasilkan melalui penyalahgunaan teknologi kecerdasan buatan yang akhirnya dapat menciptakan pandemi yang lebih mematikan.
“Skenario paling gelap adalah orang-orang akan bereksperimen dengan patogen, patogen sintetik yang direkayasa yang mungkin secara tidak sengaja atau sengaja menjadi lebih mudah menular atau lebih mematikan,” kata Mustafa Suleyman dalam episode podcast The Diary of CEO baru-baru ini.
- Startup Aftermarket Otomotif, Otoklix Catatkan Pertumbuhan Tahunan Dua Kali Lipat
- Spionase Terungkap, Perusahaan Israel Mampu Akses Semua Perangkat Apple di Dunia
- Kamala Harris Peringatkan Korut Soal Bantuan Militer ke Rusia
Oleh karena itu, menurut Mustafa Suleyman, penting bagi pihak-pihak berwenang untuk memberikan pembatasan akses terhadap teknologi AI canggih dan perangkat lunak yang mampu menjalankan model tersebut, serupa dengan pembatasan yang diberlakukan untuk mencegah seseorang mengakses mikroba patogen seperti antraks dengan mudah.
Mustafa Suleyman mengatakan bahwa kita tidak bisa membiarkan sembarang orang dapat mengaksesnya. Oleh karena itu, kita perlu membatasi siapa saja yang dapat menggunakan perangkat lunak AI, sistem cloud, dan bahkan beberapa materi biologis. Sedangkan dari sisi biologi, hal itu berarti pembatasan akses terhadap beberapa zat. Ia menambahkan bahwa dalam pengembangan teknologi AI juga harus dilakukan dengan melakukan prinsip kehati-hatian.
Pernyataan Mustafa Suleyman mencerminkan kekhawatiran yang diangkat dalam penelitian baru-baru ini bahwa bahkan mahasiswa sarjana yang tidak memiliki latar belakang biologi yang relevan dapat memberikan saran rinci untuk senjata biologis dengan memanfaatkan AI.
Para peneliti termasuk peneliti yang berasal dari Massachusetts Institute of Technology juga turut menemukan bahwa chatbot-chatbot yang ada dapat menyarankan empat patogen yang berpotensi menimbulkan pandemi hanya dalam waktu satu jam dan menjelaskan bagaimana patogen tersebut dapat dihasilkan dari DNA sintetis. Penelitian tersebut menemukan bahwa chatbot juga turut menyediakan nama-nama perusahaan yang mampu mensintesis DNA yang kemungkinan tidak akan menyaring pesanan dan mengidentifikasi protokol secara terperinci.
- Pertamina Raih Predikat Sustainability dalam Penghargaan TrenAsia ESG Award 2023
- ESG Award : Bank Tabungan Negara (BTN) Sukses Sabet Penghargaan TrenAsia ESG Award 2023
- Kemenperin Optimis Hilirisasi Industri Hasil Hutan Tumbuh Berkelanjutan
Dari keterangan yang didapat dari Mustafa Suleyman di atas, menjadikan Suleyman salah satu eksekutif teknologi yang masuk dalam kelompok yang menyerukan kehati-hatian dalam kemajuan teknologi AI yang berkembang pesat. Sebelumnya, pada bulan Maret lalu puluhan ahli teknologi menandatangani surat terbuka yang menyerukan jeda enam bulan dalam pelatihan AI, di mana salah satu yang menandatangani adalah Elon Musk yang memperingatkan bahwa ada risiko bahwa AI dapat menjadi ‘Terminator’ pada manusia.