<p>Ilustrasi pengangguran. / Pixabay</p>
Nasional

Waduh! Pengangguran di Indonesia Kebanyakan Bergelar Sarjana dan Diploma

  • Menteri Tenaga Kerja (Menaker), Ida Fauziyah, mengatakan pengangguran Indonesia didominasi oleh lulusan sarjana dan diploma

Nasional

Rizky C. Septania

JAKARTA- Menteri Tenaga Kerja (Menaker), Ida Fauziyah, mengatakan pengangguran Indonesia didominasi oleh lulusan sarjana dan diploma. Ia mengatakan, jumlah lulusan Diploma dan Sarjana menyumbang jumlah pengangguran kisaran 12%.

Ida menambahkan, besarnya jumlah pengangguran dari lulusan perguruan tinggi ini disebabkan tidak adanya link and match antara perguruan tinggi dengan pasar kerja.

Menaker melanjutkan, saat ini jumlah kelompok pekerja RI malah didominasi oleh lulusan SMP dan sekolah Dasar.

“Kelompok yang bekerja sebagian berpendidikan SMP ke bawah, justru yang menganggur lulusan SMK, diploma dan sarjana,” katanya dikutip Selasa, 28 Februari 2023.

Ke depannya, Ida berharap dengan adanya rogram Merdeka Belajar- Kampus Merdeka (MBKM) yang dilaksanakan oleh Kemendikbudristek RI bisa mengurangi angka pengangguran dan banyak lulusan diploma dan sarjana yang diterima pasar kerja.

“Saya kira dengan program pemagangan dilakukan anak-anak sudah dipersiapkan siap kerja sebelum lulus. Dengan MBKM mengurangi miss link and match, yang lulus hari ini tidak menambah pengangguran,” ujarnya ida.

Meski tidak menargetkan jumlah pengangguran yang bisa diturunkan dari program MBKM, Ida berharap program magang kerja bagi para mahasiswa bisa mengurangi kesenjangan antara lulusan perguruan tinggi dengan pasar kerja.

“Kita berharap pengangguran semakin turun, tidak ada target khusus,” tambahnya.

Tanggapan atas maraknya PHK

Menjawab pertanyaan wartawan soal banyaknya buruh yang menjadi korban PHK akibat terkena dampak penurunan ekonomi global sekarang ini, Ida mengatakan pemerintah belum memikirkan untuk memberikan subsidi upah seperti dalam tiga tahun terakhir.

Menurutnya subsidi upah saat itu diberikan karena adanya kondisi pandemi dan penyesuaian kenaikan harga BBM.

“Bantuan subsidi upah tahun 2020 dan 2021 diberikan karena ada pandemi dimana para buruh berkurang pendapatannya akibat banyak mereka yang dirumahkan. Lalu tahun 2022 diberi subsidi upah karena ada penyesuaian kenaikan harga BBM, sehingga kita perlu membantu dengan subsidi upah, mudah mudahan (tahun ini) tidak ada yang membuat upah teman-teman buruh jadi berkurang. Sebenarnya kebijakan itu mengikuti kondisi,” tegasnya.

Meski ada ancaman resesi, banyak negara yang memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif meski mengalami penurunan.

“Ekonomi kita diprediksi turun tapi dianggap sangat baik dengan negara lain, bisa tumbuh positif dan inflasi yang masih bisa terkendali. Meski ada penurunan tapi masih tumbuh positif,” pungkasnya.