<p>Lambang PT Indosat Tbk. / Facebook @IndosatOoredoo</p>
Industri

Waduh! Rugi Indosat Kuartal III-2020 Makin Bengkak Jadi Rp457,5 Miliar

  • Hingga September 2020, mayoritas saham Indosat masih digenggam oleh Ooreedo Asia Pte Ltd dengan total kepemilikan 65%. Sisanya 14,29% dimiliki pemerintah Indonesia dan 20,71% digenggam investor publik.

Industri

Fajar Yusuf Rasdianto

JAKARTA – Emiten penyedia layanan seluler PT Indosat Tbk (ISAT) mencatatkan kinerja yang kurang mengesankan pada kuartal III-2020. Melesatnya pendapatan perusahaan pada periode ini tidak berhasil diikuti oleh penurunan beban yang menyababkan perseoran pun harus menelan kerugian lebih dalam.

Tercatat sepanjang sembilan bulan pertama 2020, pendapatan Indosat Ooredoo berhasil tumbuh 9,2% menjadi Rp20,59 triliun dari sebelumnya Rp18,85 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan segmen seluler mendominasi dengan proporsi 83% atau setara Rp17,03 triliun. Segmen ini bahkan turut mengalami pertumbuhan sebesar 12,9% dari sebelumnya Rp15,08 triliun pada kuartal III-2019.

Tetapi sayangnya, pendapatan di sektor seluler ini tidak diikuti oleh segmen-segmen lainnya. Pendapatan di sektor Multimedia, data Communication, Internet (MIDI) Indosat justru terkoreksi 2,5% dari Rp3,25 triliun menjadi Rp3,17 triliun.

Begitu pula dengan segmen telekomunikasi tetap yang terjun bebas 24% dari Rp520,3 miliar menjadi Rp395,35 miliar.

Sebaliknya, beban perseroan justru mengalami peningkatan sebesar 8,7%. Nilainya naik dari Rp17,33 triliun menjadi Rp18,83 triliun.

Tercatat hampir seluruh indikator penghitungan beban mengalami peningkatan, utamanya pada beban karyawan yang meroket 52,9% dari Rp1,29 triliun menjadi Rp1,97 triliun. Ditambah lagi oleh beban lain-lain yang tumbuh 11% dari Rp1,94 triliun menjadi Rp2,1 triliun.

Dalam keterangan tertulis, Manajemen Indosat menyebut, capaian ini membuat perseroan harus menelan kerugian lebih dalam pada kuartal III-2020. Nilai kerugiannya membengkak 60,75% dari Rp284,03 miliar menjadi Rp457,5 miliar.

EBITDA

Namun di sisi lain, perseroan rupanya masih mampu mencatatkan pertumbuhan earning before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) sebesar 17% secara tahunan menjadi Rp8,5 triliun. Marjin EBITDA juga bertambah 41,1% atau 2,7 basis poin dibandingkan tahun sebelumnya.

Berkah lainnya juga didapat dari pertumbuhan jumlah pelanggan selulur yang mencapai 60,4 juta per akhir September 2020. Tumbuh 2,8% secara tahunan dan 5,6% per kuartal.

Sementara itu, jika dilihat dari sisi likuiditas, perseroan justru telah mencatatkan penurunan aset 1,54% dari Rp62,81 triliun menjadi Rp61,84 triliun. Nilai tersebut terdidi dari aset lancar Rp10,24 triliun dan aset tidak lancar Rp51,6 triliun.

Dari sisi neraca keuangan, keseimbangan perseroan tampak semakin mencemaskan dengan tingginya nilai liabilitas yang mencapai Rp48,55 triliun. Sementara nilai ekuitasnya hanya Rp13,28 triliun.

Dengan perbandingan tersebut, debt to equity ratio (DER) perusahaan pun telah mencapai 3,65 kali. Untuk diketahui, DER sebuah perusahaan bakal dikatakan tidak sehat jika nilainya sudah mencapai 4 kali lipat atau nilai utangnya 400% lebih banyak dari ekuitas.

Hingga September 2020, mayoritas saham Indosat masih digenggam oleh Ooreedo Asia Pte Ltd dengan total kepemilikan 65%. Sisanya 14,29% dimiliki pemerintah Indonesia dan 20,71% digenggam investor publik.

Sementara itu, pada perdagangan Selasa, 3 November 2020, saham ISAT ditutup statis di level Rp2.010 per lembar. Nilai kapitalisasi pasarnya berada di posisi Rp10,9 triliun. (SKO)