Walau Bergerak sebagai Bank Digital, Blu Kebanjiran Permintaan Kartu Debit Fisik
- Padahal, sebagaimana diketahui, bank digital pada umumnya lebih mengutamakan produk yang bersifat digital, termasuk untuk kartu debit yang biasanya dihadirkan secara virtual.
Perbankan
JAKARTA - Walaupun Blu by BCA bergerak sebagai bank digital, namun ada banyak permintaan dari masyarakat akan ketersediaan produk kartu debit fisik.
Padahal, sebagaimana diketahui, bank digital pada umumnya lebih mengutamakan produk yang bersifat digital, termasuk untuk kartu debit yang biasanya dihadirkan secara virtual.
Corporate Communication Manager Nariswari Yudianti mengatakan bahwa sebagai perusahaan yang masih bisa dikatakan berusia "balita" mengingat usianya yang baru mendekati empat tahun, PT Bank Digital BCA berupaya untuk terus mendengarkan permintaan dari konsumen.
- Walau Pendapatan Bunga Bersih Turun, Laba Bersih Bank DKI Tumbuh dan Tembus Rp1 T
- Erick Thohir Akan Pangkas 7 BUMN Karya Jadi Tiga
- Masih dianggap Ngeyel, Tiktok Diminta Patuhi Regulasi atau Siap Tanggung Konsekuensi
Dikatakan oleh Nariswari, ada banyak permintaan yang digaungkan oleh masyarakat melalui platform media sosial blu by BCA untuk menyediakan kartu debit fisik.
Maka dari itu, pada Oktober 2023 lalu, blu pun meluncurkan kartu debit fisik bernama bluDebit Card. Kartu bluDebit Card ini menjadi kartu fisik pertama dari bank digital yang didesain dan diproduksi dari sampah plastik yang didaur ulang.
Inisiatif ini selaras dengan komitmen perusahaan untuk menjalankan pedoman Environment, Social, and Government (ESG) dalam menjalankan bisnis.
Menurut Nariswari, banyaknya permintaan produk kartu debit fisik ini tampaknya disebabkan oleh masih banyaknya penduduk di beberapa daerah yang masih belum lumrah dengan metode pembayaran digital, khususnya di luar Jawa.
"Kalau yang di beberapa daerah seperti di Pulau Jawa mungkin sudah lebih terbiasa dengan pembayaran digital, nah mungkin yang di luar Jawa ini belum," kata Nariswari sesuai dijumpai dalam acara buka puasa bersama media di Jakarta, Rabu, 20 Maret 2024.
Selain menjadi solusi atas pembayaran digital yang belum mencapai inklusivitas 100% di Indonesia, Nariswari pun mengatakan bahwa kartu debit fisik ini bisa menjadi solusi saat pembayaran digital tidak memungkinkan bagi pengguna, misalnya ketika gawai yang biasa digunakan sedang dalam keadaan mati karena habis baterai dan sebagainya.
- Rekomedasi Saham Hari Ini, Ada HRUM Sampai GJTL
- IHSG Sesi I Naik 5,4 Poin, Saham GOTO Hingga AMRT Top Gainers LQ45
- IHSG Sesi I Nyaris Terjun 1 Persen, Saham PGAS Hingga SRTG Top Gainers LQ45
Bank Digital Jadi Daya Tarik bagi Milenial dan Gen-Z
Dalam kesempatan yang sama, Nariswari mengungkapkan bahwa blu by BCA memiliki nasabah yang mayoritas berasal dari generasi milenial (kelahiran 1981-1996) dan generasi Z (kelahiran 1997-2012).
Nariswari mengakui bahwa tantangan bank digital untuk bisa menjangkau semua kalangan adalah keraguan yang masih membayang-bayangi karena ketiadaan kantor fisik, ditambah lagi blu by BCA termasuk bank digital yang sama sekali tidak memiliki kantor fisik.
Oleh karena itu, saat ini blu by BCA bisa dikatakan masih berupaya untuk membangun kepercayaan kepada masyarakat, dan kepercayaan itu rupanya lahir di generasi milenial dan gen-Z.
Sebagaimana diketahui, generasi milenial dan generasi Z adalah dua generasi yang lebih melek terhadap perkembangan digital dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.
"Sebenarnya ada juga nasabah kami yang berasal dari generasi boomer, tapi 80% nasabah kami saat ini berasal dari generasi milenial dan Z," tutur Nariswari.
Sebagai informasi, pada tahun 2023, blu by BCA mencatat pertumbuhan nasabah sebesar 53,4% secara year-on-year (yoy) dan telah memiliki sebanyak 1,7 juta nasabah.
Sementara itu, minat untuk menabung di perbankan digital yang bergerak di bawah naungan PT Bank Central Asia Tbk (BCA/BBCA) ini pun meningkat pesat.
Hal tersebut tercermin dari penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp8,98 triliun pada tahun 2023, menunjukkan kenaikan yang signifikan sebesar 30,94% yoy dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp6,85 triliun.
Pertumbuhan DPK ini didukung oleh pertumbuhan dana murah (Current Account Saving Account/CASA) sebesar 59,27% yoy, mencapai Rp3,3 triliun, yang berkontribusi sebesar 36,74% terhadap total DPK.