<p>Ilustrasi perdagangan saham di bursa Wall Street Amerika Serikat / Reuters</p>
Pasar Modal

Wall Street Berakhir Lesu Imbas Larangan Impor Minyak Rusia

  • Wall Street berakhir melemah pada perdagangan Selasa, 8 Maret 2022 waktu setempat. Hal ini dikarenakan investor memperhitungkan dampak krisis di Ukraina

Pasar Modal

Fakhri Rezy

JAKARTA - Wall Street berakhir melemah pada perdagangan Selasa, 8 Maret 2022 waktu setempat. Hal ini dikarenakan investor memperhitungkan dampak krisis di Ukraina karena Amerika Serikat (AS) melarang impor minyak Rusia dan energi lainnya atas invasi Rusia.

Bursa saham AS mulai menurun cepat pada akhir sesi yang awalnya cukup berfluktuatif. Pergerakan ini sehari setelah penurunan tajam. Serta, membuat S&P 500 melemah untuk sesi keempat berturut-turut.

Melansir Reuters, Jakarta, Rabu, 9 Maret 2022, Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 184,74 poin, atau 0,56%, menjadi 32.632,64, S&P 500 kehilangan 30,39 poin, atau 0,72%, menjadi 4.170,7 dan Nasdaq Composite turun 35,41 poin, atau 0,28%, menjadi 12.795,55.

Melihat pergerakan sektoral, sektor pertahanan mengalami penurunan terbesar. Di mana, kebutuhan pokok konsumen (.SPLRCS) turun 2,6%, layanan kesehatan (.SPXHC) turun 2,1% dan utilitas (.SPLRCU) turun 1,6%.

Kenaikan saham megacap cukup meringankan penurunan yang ada dalam bursa saham AS. Contohnya saja, kenaikan saham Tesla (TSLA.O), Meta Platform (FB.O) dan Alphabet (GOOGL.O).

Sektor energi (.SPNY), kinerja yang menonjol tahun ini, melanjutkan kenaikannya, naik 1,4%.

Presiden AS Joe Biden mengumumkan larangan impor minyak Rusia dan energi lainnya, menggarisbawahi dukungan bipartisan yang kuat untuk langkah yang dia akui akan menaikkan harga energi AS. Sementara Inggris mengatakan akan menghentikan impor minyak dan produk minyak Rusia pada akhir tahun 2022.

"Saya pikir itu hanya investor yang mencoba untuk menyelidiki apakah layak membeli penurunan dan kami mengalami penurunan yang sangat besar kemarin," kata Chuck Carlson, kepala eksekutif di Horizon Investment Services di Hammond, Indiana.

Minyak mentah Brent mencapai US$130 per barel bersama dengan komoditas lainnya, memicu alarm atas lonjakan inflasi dan dampak pada pertumbuhan ekonomi global. Harga bensin AS mencapai rekor pada hari Selasa.

Saham telah berjuang karena kekhawatiran tentang krisis Rusia-Ukraina telah memperdalam aksi jual yang awalnya dipicu oleh kekhawatiran atas imbal hasil obligasi yang lebih tinggi karena Federal Reserve diperkirakan akan memperketat kebijakan moneter tahun ini untuk melawan inflasi.