Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr (Reuters/KAZUHIRO NOGI)
Nasional

Wapres Ancam Bunuh Presiden, Memotret Ketegangan Politik di Filipina

  • Di Filipina, Wakil Presiden Sara Duterte, yang sebelumnya mendukung Presiden Ferdinand Marcos Jr., kini berbalik menjadi lawan politiknya.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Ketegangan politik di Filipina kian memuncak menyusul konflik antara dua dinasti politik besar, keluarga Duterte dan Marcos. 

Wakil Presiden Sara Duterte pada tanggal 22 November 2024 melontarkan ancaman serius terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr, istrinya Liza Araneta, dan Ketua Parlemen Martin Romualdez. 

Ancaman tersebut disampaikan dalam konferensi pers yang penuh emosi, di mana Sara mengatakan bahwa tim keamanannya akan “menghabisi” mereka jika sara dibunuh terlebih dahulu.

"Saya telah berbicara dengan seseorang dalam tim keamanan saya. Saya mengatakan kepadanya, jika saya dibunuh, bunuhlah BBM (Bongbong Marcos atau Marcos Jr), Liza Araneta, dan Martin Romualdez. Ini tidak bercanda," ujar Sarah didepan awak media, dikutip Selasa, 26 November 2024.

Ancaman tersebut memperburuk hubungan yang sudah tegang antara dua keluarga berpengaruh ini. Ketegangan politik bermula dari rencana Marcos Jr. untuk mengubah konstitusi agar bisa berkuasa lebih dari satu periode. 

Ambisi Marcos tersebut memicu kritik tajam dari mantan Presiden Rodrigo Duterte, yang menyebut Marcos Jr. sebagai "pecandu narkoba". Dia juga menuduhnya merusak koalisi politik yang dulu membantunya memenangkan pemilu 2022. Duterte juga ingin mempertahankan kekuasaan melalui putrinya, Sara, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden.

Konflik Sara Duterte dan Marcos Jr.

Sara Duterte mengungkap ancaman tersebut di tengah upaya parlemen yang dipimpin Romualdez, sepupu Marcos Jr, untuk memangkas anggaran kantor Wakil Presiden. Selain itu, muncul ancaman pemakzulan terhadap Sara, yang semakin memperkeruh suasana politik. 

Penahanan Zuleika Lopez, Kepala Staf Sara, atas tuduhan campur tangan dalam pembahasan anggaran juga menjadi pemicu ketegangan. Dalam konferensi pers, Sara menuduh Marcos Jr. dan Romualdez bersekongkol untuk melemahkan posisinya di pemerintahan.

Filipina memiliki sejarah politik yang penuh tantangan, termasuk dari rezim Marcos yang terkenal korup hingga ketidakstabilan pemerintahan setelahnya. Rodrigo Duterte, yang menjabat sebagai presiden pada 2016 dengan pendekatan populis, mencalonkan Sara sebagai cawapres Marcos pada pemilu 2022. 

Namun, hubungan yang dulunya erat kini retak akibat persaingan ambisi politik masing-masing pihak. Konflik antara Duterte dan Marcos mengancam stabilitas politik Filipina, yang sudah menghadapi banyak tantangan.