Warga Jogja Bakar Sampah Karena TPA Ditutup, Ahli Kesehatan Ingatkan Risiko Kanker
- Diperlukan edukasi dan kampanye tentang pentingnya mengolah sampah organik dengan cara yang benar, seperti mengubahnya menjadi kompos dan pupuk.
Gaya Hidup
YOGYAKARTA–Yogyakarta saat ini sedang menghadapi persoalan serius terkait lingkungan, terutama terkait polusi udara dan pengelolaan sampah.
Masalah penanganan sampah menjadi masalah yang makin meruncing terutama setelah penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan di Yogyakarta karena kelebihan kapasitas. Masyarakat Yogyakarta diingatkan untuk tidak membakar sampah, karena praktik ini dapat menyebabkan polusi udara yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu, membakar sampah juga meningkatkan risiko gangguan pernafasan dan bahkan bisa memicu penyakit kanker.
Ahli pengelolaan sampah terintegrasi dari Fakultas Teknik Kimia UGM, Ir. Wiratni, Ph.D, menjelaskan bahwa sekitar 80 persen sampah perkotaan adalah sampah organik. Oleh karena itu, diperlukan edukasi dan kampanye tentang pentingnya mengolah sampah organik dengan cara yang benar, seperti mengubahnya menjadi kompos dan pupuk cair sangatlah dibutuhkan untuk mengurangi beban TPA Piyungan.
“Sampah itu bisa dikelola secara mandiri dan skala kecil bisa menghasilkan uang,” ujar Wiratni, dilansir ugm.ac.id, Rabu, 23 Agustus 2023.
Dampak Kesehatan yang Mengerikan
Dr. Ika Trisnawati Sp.PD (K), seorang dokter spesialis paru, menjelaskan bahwa membakar sampah bukanlah solusi yang baik dalam menangani persoalan sampah. Bahkan, praktik ini dapat memperburuk tingkat polusi udara dan memiliki dampak serius terhadap kesehatan manusia. Polutan yang dihasilkan dari pembakaran memiliki sifat toksik yang berbahaya bagi kesehatan, terutama sistem pernapasan.
- Lazada Group Terbitkan Laporan Dampak Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) Tahun Keuangan 2023, Berikut Isinya
- Usung Konsep Forest City, IKN Akan Bangun Tol Bawah Laut
- Tito Terbitkan Instruksi Mendagri untuk Kurangi Polusi Ibu Kota
Dalam jangka pendek, dampak buruk yang diakibatkan oleh pembakaran sampah dapat menyebabkan risiko penyakit paru akut. Namun, dalam jangka panjang, risiko terkena kanker juga meningkat akibat paparan senyawa karsinogenik yang terkandung dalam polutan dari pembakaran sampah.
“Polutan hasil pembakaran apapun bentuknya sifatnya toksik jika masuk ke kantong paru-paru menghasilkan dampak ringan sampai berat. dalam jangka pendek bisa menimbulkan risiko terkena penyakit paru akut, namun jangka panjang menimbulkan risiko kanker karena adanya paparan senyawa karsinogenik,” ujar trisnawati.
Edukasi dan Solusi Berkelanjutan
Untuk mengatasi persoalan ini, diperlukan langkah-langkah konkret yang melibatkan seluruh masyarakat. Kampanye edukasi tentang pengelolaan sampah yang benar, termasuk mengolah sampah organik menjadi kompos dan pupuk cair, perlu ditingkatkan. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas harus bekerja sama dalam membangun kesadaran akan pentingnya menghindari pembakaran sampah.
Dengan upaya bersama, Yogyakarta dapat bergerak menuju lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Mengatasi tantangan lingkungan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga kewajiban seluruh warga negara untuk menjaga bumi kita agar tetap lestari.