<p>Direktur of HCM &#038; System Development Waskita Karya Hadjar Seti Adji merinci, utang senilai Rp2,75 triliun tersebtu berasal dari empat bank. / Waskita.co.id</p>
Industri

Waskita Karya Restrukturisasi Utang 4 Bank BUMN Rp2,75 Triliun

  • Utang Waskita Karya senilai Rp2,75 triliun tersebtu berasal dari empat bank. Di antaranya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Rp1,24 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Rp1 triliun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rp231,29 miliar, dan PT Bank BNI Syariah Rp276,74 miliar.

Industri

Issa Almawadi

JAKARTA – Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Waskita Karya (Persero) Tbk. merestrukturisasi utang jangka pendeknya senilai Rp2,75 triliun. Utang tersebut mendapat perpanjangan waktu 3-6 bulan dari para krediturnya.

Direktur of HCM & System Development Waskita Karya Hadjar Seti Adji merinci, utang senilai Rp2,75 triliun tersebtu berasal dari empat bank. Di antaranya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Rp1,24 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Rp1 triliun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rp231,29 miliar, dan PT Bank BNI Syariah Rp276,74 miliar.

Hadjar menerangkan, pengajuan relaksasi utang-utang atas fasilitas supply chain financing itu sudah mendapat persetujuan dari para kreditur dimaksud.

Restrukturisasi utang melalui perpanjangan dan penurunan tingkat bunga menjadi salah satu strategi Waskita Karya dalam mempertahankan kelangsungan bisnis di masa pandemi COVID-19. Selain itu, perseroan juga punya beberapa strategi lainnya.

Seperti melakukan percepatan pengerjaan atau akselerasi proyek, baik di luar zona merah maupun di dalam zona merah COVID-19. Selain itu, Waskita Karya juga fokus mendapatkan proyek baru non investasi yang berasal dari pasar eksternal.

Tidak hanya di dalam negeri, Waskita Karya juga mengincar proyek di luar negeri. “Saat ini perseroan fokus melakukan penetrasi pasar Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika,” jelas Hadjar melalui keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Senin, 20 Juli 2020.

Beberapa strategi yang ada sejalan dengan proyeksi penurunan pendapatan usaha Waskita Karya akibat COVID-19. Hal itu merupakan hasil dari perlambatan pengerjaan proyek-proyek di zona merah.

Hadjar menambahkan, proyeksi penurunan pendapatan usaha juga disebabkan oleh perlambatan pencapaian nilai kontrak pada semester I 2020. “Serta dalam masa rasionalisasi pendapatan usaha terkait dengan selesainya proyek investasi jalan tol,” imbuh Hadjar.

Kinerja Kuartal I-2020

Dalam tiga bulan pertama tahun ini, Waskita Karya hanya mengumpulkan laba Rp42,98 miliar atau anjlok 94,08% dari periode sama tahun 2019 Rp720,89 miliar.

Penurunan laba bersih perseroan sejalan dengan menurunnya pendapatan usaha hingga 51,96% dari Rp8,68 triliun pada kuartal pertama 2019 menjadi Rp4,18 triliun.

Meski begitu, Presiden Direktur Waskita Karya Destiawan Soewardjono menyampaikan, pihaknya mencatatkan kas bersih dari aktifitas operasi sebesar Rp2,81 triliun.

Capaian ini didukung adanya penerimaan pembayaran beberapa proyek yang dikerjakan dengan skema turnkey antara lain Proyek Tol Jakarta – Cikampek Elevated II senilai Rp5,97 triliun dan sebagian piutang LRT Palembang senilai Rp325 miliar.

Atas melemahnya kinerja keuangan Waskita Karya, saham WSKT ikut anjlok. Per hari ini, saham WSKT ada di level Rp710 atau menurun 52,19% dari posisi akhir 2019 Rp1.485 per lembar. (SKO)