Industri

Waskita Karya Ungkap Peluang Positif dari Kasus Evergrande Group

  • Kasus gagal bayar utang perusahaan properti asal China, Evergrande Group ternyata bisa memberikan dampak positif alias peluang tersendiri.Bagi emiten
Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Kasus gagal bayar utang perusahaan properti asal China, Evergrande Group ternyata bisa memberikan dampak positif alias peluang tersendiri.

Bagi emiten konstruksi pelat merah, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) misalnya. Direktur Keuangan perseroan Taufik Hendra Kusuma menyebut krisis ini sebagai efek positif atas rencana aksi korporasi dalam waktu dekat.

Seperti diketahui, WSKT akan melakukan penambahan modal atau rights issue sebanyak 24,56 miliar saham Seri B. Adapun nominal saham dalam Penawaran Umum Terbatas (PUT) II ini sebesar Rp100 per lembar.

"Pada konteks agenda korporasi dalam waktu dekat alias right issue, kami melihat efek Evergrande cukup positif dari sisi investor," ujarnya dalam Public Expose secara daring, Jumat, 8 Oktober 2021.

Menurutnya, kasus ini akan memicu aliran dana keluar dari China sehingga harapannya, dana asing tersebut bisa menjadi sumber investasi pada rights issue tersebut.

Meskipun demikian, Taufik tak memungkiri bahwa permasalahan Evergrande juga berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi emiten-emiten secara umum, khususnya di negara-negara terdekat China.

Di sisi lain, hal ini juga menimbulkan permasalahan operasional lantaran secara tidak langsung perseroan merasakan kenaikan atau melonjaknya harga material.

Presiden Direktur WSKT Destiawan Soewardjono mengungkapkan harga material yang dibeli perseroan meningkat signifikan seperti besi.

"Ini akan berdampak pada material lain yang diimpor dari China. Jadi, sedikit-sedikit mulai terasa dampaknya," katanya dalam kesempatan yang sama.

Ia pun berharap kasus ini bisa segera teratasi sehingga kondisi bisnis konstruksi di Indonesia bisa berjalan dengan baik.

Seperti diketahui, ujung tanduk nasib Evergrande disebabkan oleh indikasi gagal bayar utang sebesar US$300 miliar atau setara Rp4.275 triliun (asumsi kurs Rp 14.251 per dolar Amerika Serikat).

Kekacauan keuangan yang terjadi sejak beberapa tahun yang lalu ini disebabkan oleh mayoritas pembiayaan kegiatan bisnis yang didapat dari pinjaman.

Bahkan, meski pemerintah Tiongkok melalui People Bank of China (PBoC) telah mengguyur bantuan likuiditas 90 miliar yuan atau setara Rp198 triliun dalam sistem perbankan, pelaku pasar tampak masih cemas terhadap potensi gagal bayar Evergrande Group.