<p>Gedung milik PT Waskita Karya (Persero) Tbk. / Id.pinterest.com</p>
Korporasi

Waskita Karya (WSKT) Terancam Pailit, Pengamat: Pembangunan Infrastruktur Bakal Mandek Total

  • Melalui akun Instagram-nya, Teguh mengatakan bahwa seandainya Waskita Karya pailit, yang rugi bukan hanya investor yang memegang saham.
Korporasi
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Pengamat pasar modal Teguh Hidayat mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur bisa mandek total apabila PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) yang terancam pailit benar-benar alami kebangkrutan.

Melalui akun Instagram-nya, Teguh mengatakan bahwa seandainya Waskita Karya pailit, yang rugi bukan hanya investor yang memegang saham.

Subkontraktor yang belum dibayar hingga bank yang memberikan pinjaman pun bisa mengalami kerugian dari pailitnya Waskita Karya.

"Dengan aset hampir Rp100 T, maka itulah nilai total kerugian dari semua pihak yang terkait," ujar Teguh dikutip Rabu, 10 Mei 2023.

Teguh pun menyebutkan bahwa Waskita Karya adalah yang terbesar dari semua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya.

Dengan demikian, jika Waskita Karya mengalami pailit, maka konstruktor lain pun akan ikut terkena imbasnya.

"WSKT adalah yang terbesar dari semua BUMN Karya, ibaratnya Bank BCA-nya konstruksi. Jadi, kalau dia kolaps, maka konstruktor yang lain pasti kena juga, dan pembangunan infrastruktur bakal mandek total," tutur Teguh.

Teguh pun mengingatkan bahwa Waskita Karya sebaiknya jangan sampai bangkrut, dan harus ada pihak yang fokus bekerja keras untuk mencegah hal itu terjadi.

Untuk diketahui, Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan suspensi terhadap saham WSKT sejak sesi I perdagangan efek 8 Mei 2023.

Suspensi tersebut dikenakan kepada Waskita Karya karena perseroan menunda pembayaran bunga obligasi ke-11 obligasi berkelanjutan IV Waskita Karyat Tahap I Tahun 2020.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 5 Mei 2023, saham Waskita Karya menempati posisi Rp202 perlembar.

Menurut data RTI Business, harga saham Waskita sudah terperosok hingga 43,89% secara year-to-date (ytd).

Mengecilnya harga saham Waskita Karya sejalan berbagai isu negatif yang menerpa. Tak hanya Direktur Utamanya, Destiawan Soewardjono, ditetapkan oleh Kejaksaan Agung sebagai tersangka kasus korupsi, WSKT juga harus menghadapi tumpukan utang dan akumulasi kerugian yang semakin menjulang. Total akumulasi kerugian Waskita per 31 Maret 2023 mencapai Rp10,31 triliun.

Memburuknya kondisi Waskita mulai terjadi pada tahun 2020. Pada tahun pertama pandemi COVID-19, perseroan tercatat mengalami rugi komprehensif senilai Rp9,40 triliun.

Akibat kerugian besar itu, saldo laba positif senilai Rp8,56 triliun di tahun 2019 berbalik menjadi negatif alias defisit senilai Rp2,17 triliun.

Akumulasi kerugian itu terus membesar menjadi Rp7,69 triliun per 31 Desember 2021 dan bengkak lagi jadi Rp9,94 triliun di akhir tahun 2022.

Pada tahun 2023 ini kondisi Waskita juga tak kunjung membaik.

Per kuartal I-2023, perseroan masih mengakumulasi rugi komprehensif senilai Rp396,60 miliar.

Besarnya kerugian itu dipengaruhi oleh pendapatan usaha Waskita yang terus menurun. Per 31 Maret 2023, pendapatan Waskita hanya Rp2,73 triliun dengan beban pendapatan sebesar Rp2,33 triliun. Hasilnya, laba kotor perseroan cuma Rp400,43 miliar.

Sementara dengan tumpukan utang ke berbagai pihak, baik perbankan, lembaga keuangan nonbank, dan pemegang obligasi, beban keuangan Waskita periode ini mencapai Rp703,96 miliar.

Catatan 31 laporan keuangan Waskita kuartal I-2023 mencatat,  sejumlah bank BUMN menjadi kreditur besar perseroan. 
Contohnya utang jangka panjang yang direstrukturisasi ke BNI senilai Rp7,51 triliun, Bank Mandiri Rp4,55 triliun, BRI Rp2,64 triliun, dan Bank Syariah Indonesia Rp2,03 triliun.

Waskita juga masih menanggung utang sindikasi ke Bank Mandiri Rp3,39 triliun, BRI Rp1,19 triliun, dan BNI Rp312 miliar.

Total utang jangka panjang Waskita tercatat kepada bank-bank BUMN mencapai Rp28,06 triliun.

Selain ke bank-bank BUMN, Waskita juga berutang ke bank swasta dan bank pembangunan daerah.

Total utang jangka panjang ke bank-bank non BUMN itu mencapai Rp18,46 triliun. Sehingga total utang bank jangka panjang Waskita hingga kuartal I-2023 mencapai Rp46,53 triliun. Jumlah itu setara dengan 47,3% dari nilai aset Waskita Karya per 31 Maret 2023 sebesar Rp98,22 triliun.

Tumpukan utang Waskita juga mengalir ke lembaga keuangan non bank seperti PT Sarana Multi Infrastruktur dengan total Rp4,02 triliun.

Terdapat juga pinjaman senilai Rp965 miliar ke PT Indonesia Infrastruktur Finance. Total pinjaman jangka panjang Waskita Group kepada lembaga keuangan nonbank mencapai Rp5,14 triliun.

Adapun total pinjaman obligasi perseroan hingga kuartal I 2023 sebesar Rp6,60 triliun.