5 Kesalahan Pengelolaan Keuangan di Usia 20-an yang Harus Dihindari
Gaya Hidup

Waspada Akan Trauma Finansial, Ini Ciri-Ciri dan Cara Mengatasinya

  • Trauma finansial bisa terbentuk dari pengalaman masa kecil hingga utang jangka panjang di saat dewasa. Jadi, apa itu trauma finansial?
Gaya Hidup
Fakhri Rezy

Fakhri Rezy

Author

JAKARTA - Mengelola keuangan suatu hal yang tidak dapat dihindari, tapi belum tentu mudah melakukannya. Faktanya, mengurus keuangan pribadi dapat membawa beban emosional.

Bahkan bila berbicara tentang uang, lingkungan pun bisa membuat kita stres, kurang rasa aman, bahkan perasaan tidak berharga jika berbicara keuangan. Hubungan negatif antara uang dan individu bisa saja menimbulkan trauma finansial.

Bahkan, trauma finansial bisa terbentuk dari pengalaman masa kecil hingga utang jangka panjang di saat dewasa. Jadi, apa itu trauma finansial?

Melansir realsimple, Kamis, 8 September 2022, seorang ilmuwan riset psikologi dan kepala divisi sains di Happy Money, Dr Galen Buckwalter menemukan bahwa hampir satu dari empat orang dan satu dari tiga ilenium menderita gejala mirip gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder/PTSD) yang disebabkan oleh keuangan.

Orang-orang yang mengalami gejala tersebut menunjukan perilaku destruktif seputar keuangan, serta gejala trauma yang lebih kecil seperti agitasi, lekas marah, kewaspadaan berlebihan, perilaku merusak diri sendiri hingga isolasi.

Dari hasil penelitian, gangguan ini ditemukan karena orang-orang  tersebut memikirkan pendapatan yang stagnan, tabungan terbatas dan jumlah kartu kredit serta utang yang melambung tinggi. Ditambah lagi tekanan akan bangkrut, penggusuran lahan dan penagihan utang yang agresif serta trauma masa lalu soal kemiskinan.

Oleh sebab itu, perlu menyadari sejak dini agar tidak mencapai trauma finansial yang lebih parah.

Tanda-Tanda Trauma Finansial

1. Menghindari Seputar Keuangan

Menghindari finansial adalah indikator besar dalam trauma finansial. Hal ini bisa terlihat seperti tidak membuka tagihan, tidak berinteraksi dengan akuntan sebagai pemilik bisnis, atau menghindari setiap percakapan soal keuangan.

Respons menghindar ini masuk akal bagi seseorang yang hubungannya dengan trauma finansial. Bila tidak ditangani, respons ini dapat berdampak negatif pada skor kredit karena selalu menghindari pembayaran atau terjerat utang lebih dalam.

2. Pengeluaran Berlebihan

Menghabiskan banyak uang untuk barang-barang mahal dengan uang pijaman menjadi tanda trauma finansial. Hal ini perlu instropeksi diri, kenapa harus menghabiskan uang tersebut?

Bisa saja dalam menghabiskan uang tersebut merupakan pelampiasan yang tidak terbendung akan tekanan finansial. Karena konsumsi merupakan cara sementara untuk atasi rasa sakit sambil menghindari realitas keuangan.

3. Kurang Belanja

Ciri yang lain adalah kurangnya belanja di saat dana tersedia bisa menjadi tanda trauma finansial. Hal ini bisa terjadi dari orang yang memiliki pengalaman hidup untuk menjaga keuangan dengan sangat ketat, menyebabkan mereka bergerak maju dalam ketakutan.

4. Kurangnya Batasan

Kurangnya batasan di seputar keuangan membuat ketidaknyamanan. Bisa terlihat dari tagihan utang atau penghasilan yang kurang, tidak bernegosiasi soal kenaikan gaji, bahkan tidak membuat persyaratan gaji di kontrak kerja.

Hal ini bisa dimungkinkan orang tersebut memiliki trauma finansial yang tidak nyaman berbicara ke siapapun untuk menavigasi keuangan.

Cara Mengatasi Trauma Finansial

Trauma finansial bukanlah trauma yang dialami seumur hidup. Cara utama untuk mengatasi Trauma finanisial adalah dengan membicarakannya.

Buatlah pembicaraan keuangan menjadi lebih simple dan tidak tabu. Serta, berikan konsultasi keuangan yang dapat dilakukan untuk para penderita trauma finansial.

Berikan self-reward bagi dirinya, agar dapat menenangkan sistem saraf dan kembali kepada pengelolaan keuangan yang baik dan benar.