WHO dan Uni Eropa Bantah Dugaan Penggumpalan Darah Akibat Vaksin Astrazeneca
Agensi Obat-obata Eropa bersama dengan WHO membantah adanya dugaan penggumpalan darah akibat Vaksin COVID-19 Astrazeneca pada pada Senin, 14 Maret 2020.
Nasional & Dunia
JAKARTA- Agensi Obat-obatan Uni Eropa bersama dengan WHO membantah adanya dugaan penggumpalan darah akibat Vaksin COVID-19 Astrazeneca.
Mengutip dari Financial Times, kedua lembaga tersebut mengungkapkan bahwa sejauh ini tidak adanya bukti jika vaksin COVID-19 itu menyebabkan kematian akibat penggumpalan darah.
“Pada saat ini tidak ada indikasi bahwa vaksinasi telah menyebabkan kondisi ini, yang tidak terdaftar sebagai efek samping vaksin ini,” ujar Agensi Obat-Obatan Uni Eropa (European Medicine Agency) 14 Maret 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Bedasarkan dari laman pemerintah Inggris, Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA) atau agensi produk obat-obatan Inggris juga menyampaikan demikian.
MHRA telah melakukan peninjauan, dan ditemukan bahwa bukti yang tersedia tidak menunjukan jika vaksin tersebut menjadi sebab pengumpalan darah.
“Penggumpalan darah dapat terjadi secara alami dan tidak jarang. Lebih dari 11 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca telah diberikan di seluruh inggris,” ujar Phil Bryan dari MHRA.
Dikutip dari VOA, AstraZeneca juga mengatakan bahwa bedasarkan peninjauan data, tidak ditemukan bukti adanya peningkatan resiko penyumpatan gumpalan darah di paru-paru, pembekuan darah di vena dalam, atau kekurangan trombosit.
Sebelumnya, Agensi obat-obatan Denmark menemukan wanita berusia 60 tahun meninggal akibat pembekuan darah setelah menerima vaksin COVID-19 Astrazeneca.
Dilansir dari Reuters, beberapa Kasus yang sama juga sempat menimpa tiga warga Norwegia di bawah umur 50 tahun setelah menerima vaksin tersebut.
Hal itu menyebabkan kedua negara tersebut bersama beberapa Negara Eropa lainnya memblokir vaksin tersebut belakangan ini.