<p>Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus /Reuters</p>
Nasional & Dunia

WHO Sebut &#8216;Hidup Normal&#8217; Bisa Terjadi Sebelum 2022

  • JAKARTA – Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) optimistis bahwa manusia dapat hidup dalam kondisi normal selayaknya sebelum pandemi COVID-19 sebelum 2022. Harapan ini tumbuh seiring dengan perkembangan vaksin yang makin progresif di seluruh dunia. Sebagaimana diketahui, vaksin merupakan salah satu rem paling efektif untuk menekan laju penularan virus. “Saya pikir bisa jadi pada 2022 […]

Nasional & Dunia

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) optimistis bahwa manusia dapat hidup dalam kondisi normal selayaknya sebelum pandemi COVID-19 sebelum 2022.

Harapan ini tumbuh seiring dengan perkembangan vaksin yang makin progresif di seluruh dunia. Sebagaimana diketahui, vaksin merupakan salah satu rem paling efektif untuk menekan laju penularan virus.

“Saya pikir bisa jadi pada 2022 kita akan mulai berpikir untuk kembali ke kehidupan normal seperti saat sebelum pandemi,” kata, Soumya Swaminathan, peneliti WHO dikutip dari laman resmi, Jumat 18 September 2020.

Saat ini, hampir seluruh negara di dunia berlomba untuk menemukan vaksin yang dapat membantu miliaran umat manusia melawan pandemi. Setidaknya, akhir tahun ini ada sejumlah calon vaksin yang akan selesai diuji coba dan dilihat hasilnya.

Jika iya, rencana vaksinasi massal  akan dijadwalkan pada awal 2021, selanjutnya produksi dan pemberian vaksin akan ditambah kapasitasnya seiring dengan waktu. Dengan begitu, tahun depan dapat dikatakan menjadi waktu yang ideal untuk menyiapkan manusia kembali ke kehidupan yang normal.

Vaksin di Tanah Air

Di Indonesia, Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Erick Thohir mengatakan Indonesia akan mendapat 30 juta dosis vaksin COVID-19 pada akhir tahun 2020 dan 300 juta dosis untuk 2021.

Ia bilang vaksin tersebut merupakan hasil kerja sama beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi dengan Sinovac Biotech yang berasal dari China.

Selain itu, mantan Presiden Inasgoc melaporkan bahwa PT Kimia Farma (Persero) Tbk juga telah menggandeng perusahaan asal UEA, Grup 42 (G42) dan akan memperoleh 10 juta dosis vaksin pada akhir 2020. Kemudian ditambah lagi sebanyak 50 juta dosis yang akan diterima Indonesia pada akhir kuartal pertama di tahun depan.

“Insyaallah, akhir tahun ini ada 30 juta (vaksin) dan tahun depan ada 300 juta. Tetapi sebagai catatan, dari total kita dapatkan 330 juta mungkin 340 juta,” ucap Erick.

Selain bekerja sama dengan luar negeri, ia mengaku terus berupaya menghasilkan vaksin dalam negeri yakni, vaksin Merah Putih. Rencana produksi vaksin ini melibatkan lembaga Eijkman, Balitbangkes Kementerian Kesehatan, perguruan tinggi negeri, serta PT Bio Farma (Persero).

Erick juga menyampaikan bahwa Indonesia tak mungkin hanya mengandalkan vaksin yang diperoleh dari kerja sama dengan lembaga dan instansi dari luar negeri.

Mengingat daya tahan vaksin hanya selama enam bulan sampai dua tahun. Oleh karena itu, katanya, pembuatan Vaksin Merah Putih juga menjadi prioritas utama pemerintah, dan ditargetkan dapat mulai diproduksi pada 2022.

“Saya sampaikan kepada Wapres bahwa vaksin Merah Putih ini prioritas. Dari informasi didapatkan, insyaallah, uji-klinis tahap satu dan dua bisa berjalan tahun depan sehingga pada 2022 kita mulai produksi vaksin merah putih,” tambahnya.