Kerja 55 Jam Seminggu Berisiko Sebabkan Kematian
WHO ungkap dampak mematikan dari jam kerja atau waktu kerja yang terlalu panjang, apalagi saat pandemi COVID-19
Gaya Hidup
JAKARTA – WHO baru saja mengungkap dampak mematikan dari jam kerja yang terlalu panjang, bahkan bisa membuat ratusan ribu orang meninggal dunia setiap tahun.
Penelitian global pertama tentang fenomena jam kerja yang terlalu panjang tersebut dilakukan oleh WHO dan International Labour Organization, yang telah diterbitkan di jurnal Environmental International.
Pada penelitian tersebut, ditemukan sebanyak 745.000 orang meninggal karena stroke dan penyakit jantung yang diakibatkan karena jam kerja yang panjang, pada tahun 2016, dan naik hampir 30 persen dari tahun 2000 ketika penelitian dimulai.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Investigasi yang telah dilakukan selama enam belas tahun tersebut mengambil data dari 194 negara, dan menyimpulkan bahwa bekerja selama 55 jam atau lebih dalam seminggu dapat mengakibatkan risiko stroke 35 persen lebih tinggi dan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemi 17 persen lebih tinggi, jika dibandingkan dengan bekerja selama 35 sampai 40 jam seminggu.
Dikutip dari The Independent, Maria Neira, direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim, dan Kesehatan WHO mengatakan bahwa bekerja dalam waktu lama dapat menimbulkan bahaya kesehatan yang serius.
Seringkali, kematian yang terkait dengan jam kerja yang panjang terjadi jauh di kemudian hari. Penelitian tersebut menemukan bahwa sebagian besar korban, sebanyak 72% adalah pria paruh baya atau yang lebih tua.
- Cara Menghilangkan Kecemasan Saat Rapat Online
- Tips Bekerja dari Rumah atau WFH Ketika Kasus COVID-19 Kembali Naik
- Tandatangani Kontrak, David Guetta Resmi Bergabung dengan Warner Music
Sementara itu, wilayah yang terkena dampak terparah adalah Asia Tenggara dan Pasifik Barat, wilayah yang ditentukan WHO yang mencakup Cina , Jepang, dan Australia.
Hal ini membuat organisasi kesehatan dari UN khawatir jika situasi ini bisa menjadi lebih buruk lagi, terutama di tengah pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 membuat waktu kerja jadi semakin panjang.
Office for National Statistics (ONS) menunjukkan bahwa mereka yang bekerja dari rumah pada tahun 2020 bekerja rata-rata empat jam lebih banyak dari seminggu, daripada mereka yang tidak. Selain itu, pekerja rumahan bekerja rata-rata enam jam lembur tanpa upah setiap minggu.